Total Tayangan Halaman

Jumat, 03 Oktober 2014

Jangan Lelah

Sebuah renungan tentang panggilan dan komitmen dalam pelayanan.



JANGAN LELAH

(I Timotius 4:7-8)
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Saudara….
Bentuk pelayanan apakah yang sudah kita lakukan selama ini?
-          Liturgos?
-          Penerima tamu?
-          Musik?
-          Operator slide?
-          Anggota majelis?
-          Guru SM?
-          Pengurus remaja?
-          Pembuat jadwal pelayanan?
-          Pendoa syafaat?
-          Tim besuk?
Tidak terasa kita sudah melakukannya sekian lama? Mungkin ada yang baru beberapa bulan, mungkin ada yang sudah bertahun-tahun, mungkin ada yang udah setahun. Tidak terasa juga, dalam masa-masa itu banyak hal yang sudah kita lewati.

Dan apakah selama kita melayani ini, apakah kita senang atau tidak? Atau apakah kita merasa seperti orang yang salah pilih?
Ada kita menemui kelelahan? Capek melayani? Survey membuktikan bahwa pada bulan-bulan pertama saja, seseorang itu begitu semangat untuk melayani, tapi selanjutnya semangat itu mulai menurun, satu persatu mulai memudar, dan akhirnya ogah-ogahan dalam melayani.
Pernah nggak sih kita merasa menyerah saja dengan pelayanan ini? Capek. Ada banyak hal yang dapat membuat kita jenuh/lelah/atau down untuk melayani:
-          Ketika apa yang kita harapkan dari pelayanan yang kita lakukan, kita tidak mendapatkannya, maka kita mulai kecewa, sehingga tidak ada semangat lagi untuk melayani.
Contohnya:
è  Untuk dapat pujian. Awalnya ingin melayani hanya untuk mendapatkan peujian dari orang lain, eh ternyata pas dijalani, bukan pujian yang didadaptkan, malah kritikan terus. Hal ini merebut semangat melayani kita.
è  Mengharapkan berkat Tuhan yang melimpah, kebahagiaan, tapi pas tidak didapatkan maka kita mulai ngambek dan tidak mau melayani
-          Perbedaan pendapat. Karena kita melayani bersama dengan orang-orang yang unik, maka ketika berpendapat juga pasti berbeda. Yang satu mau ini, yang satunya lagi mau ini. Akhirnya, ya udahlah dari pada berdebat terus,, mending nggak usah melayani, semangat melayani mulai hilang.
-          Kesibukan yang semakin bertambah
-          Orang-orang yang dilayani segitu-gitu aja, maka mulai kehilangan fokus
-          Adanya rasa iri hati atas keberhasilan orang lain
-          Dan kalaupun kita begitu semangat untuk melayani, apakah itu benar-benar tulus semangat untuk melayani atau tidak?

Di dalam alkitab juga diceritakan tentang orang-orang yang di tengah jalan merasakan kelelahan dalam pelayanan:
-          Yohanes Markus
-          Nabi Elia
-          Murid-murid Tuhan Yesus
-          Orang-orang banyak yang mengikut Yesus
-          Miryam, saudaranya Musa
Mereka ini adalah tokoh-tokoh dalam Alkitab yang dicatat, mengalami kegamangan di tengah mereka melayani Tuhan.



Nah, bapa ibu saudara sekalian…
Jika hari ini ditanyakan kepada kita “Apakah kita sudah mengerjakan pelayanan kita selama ini dengan baik atau tidak?”, Apakah jawaban yang kita berikan?
Mungkin ada yang berkata saya sih “Yes”, mungkin juga ada yang berkata “Saya sih no”. Yes karena merasa sudah melakukan pelayanan dengan baik, dan bagi yang menjawab “no” karena merasa belum melakukan pelayanan dengan baik.

Apapun itu jawabannya, kenyataannya kita sering sekali berada dalam “KEKERINGAN ATAU kelelahan di tengah pelayanan kita”. Sama seperti kehidupan para tokoh-tokoh alkitab yang sudah saya jelaskan tadi. Ada satu masa kita berkata aku capek.

Kalau begitu apakah yang harus “saya” lakukan di tengah keletihan tersebut?

I.                     Tanyakanlah pada diri kita sendiri, hal apa yang menyebabkan kita mengalami keletihan/hopeless di dalam pelayanan?
Banyak hal yang menyebabkan keletihan dalam hidup ini. Banyak hal yang menyebabkan seseorang tidak semangat lagi melayani:
-          Ketika apa yang kita harapkan dari pelayanan yang kita lakukan, kita tidak mendapatkannya, maka kita mulai kecewa, sehingga tidak ada semangat lagi untuk melayani.
Contohnya:
è  Untuk dapat pujian. Awalnya ingin melayani hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain, eh ternyata pas dijalani, bukan pujian yang didadaptkan, malah kritikan terus. Hal ini merebut semangat melayani kita.
è  Mengharapkan berkat Tuhan yang melimpah, kebahagiaan, tapi ketika tidak medapatkannya, maka kita mulai ngambek dan tidak mau melayani
-          Perbedaan pendapat. Karena kita melayani bersama dengan orang-orang yang unik, maka ketika berpendapat juga pasti berbeda. Yang satu mau ini, yang satunya lagi mau ini. Akhirnya, ya udahlah dari pada berdebat terus,, mending nggak usah melayani, semangat melayani mulai hilang.
-          Kesibukan yang semakin bertambah
-          Orang-orang yang dilayani segitu-gitu aja, maka mulai kehilangan fokus
-          Adanya rasa iri hati atas keberhasilan orang lain
-          Merasa diri tidak bisa
-          Rasa malas
-          Aktivitas di luar semakin banyak

Kira-kira dari beberapa hal ini, secara pribadi bagian mana yang paling berpengaruh terhadap semangat pelayanan kita?

Kalau kita sudah tahu bagian mana yang sering merebut semangat pelayanan kita, sekarang tanyakan pada diri kita sendiri MENGAPA?
-          Kalau orang yang kita layani tidak bertumbuh, mengapa kita tidak semangat melayani?
-          Kalau kita tidak mendapatkan pujian atas pelayanan yang kita lakukan, kenapa kita tidak semangat lagi?
-          Kalau kita bertemu dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita, partner yang sulit kerja sama, mengapa kita tidak semangat lagi melayani?
-          Kalau pelayanan orang lain lebih berhasi, mengapa kita tidak semangat lagi melayani?
-          Mengapa kita berpikir kita tidak bisa melayani, sehingga kita tidak sungguh-sungguh melakukan pelayanan?

Wahyu 2:1-7, mencatat tentang jemaat di Efesus, yang kehilangan kasih mula-mula mereka kepada Allah, sehingga Allah mencela mereka dengan berkata “ ayat 4 dan5”……..

What’s wrong??? Apa yang salah?



KEMBALI KEPADA PANGGILAN DAN MOTIVASI UNTUK MELAYANI.

II.                    Mari kita memeriksa motivasi pelayanan kita selama ini

 Dari beberapa kali khotbah, kita semua sudah mendengarkan tentang pelayanan. Mengapa kita harus melayani. Selama kita mendengarkan khotbah tersebut, apakah kita pernah melakukan satu evaluasi diri tentang pelayanan kita selama ini.
Banyak orang mengatas namakan Tuhan dalam segala sesuatu yang dikerjakan, bahkan nama Tuhan itu diperjualbelikan, hanya untuk kepentingan pribadi. Penolakkan Ahok menjadi gubernur, dilakukan oleh orang-orang tertentu dan mengatasnamakan agama, mengatasnamakan Tuhan. Dalam pelayanan kita juga bisa melakukan hal demikian, dengan mengatakan bahwa ini adalah untuk Tuhan, pelayanan ini untuk Tuhan, tapi sebenarnya hanya untuk memuaskan keinginan pribadi.

Matius 7:21, berkata “bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku; Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”.

Jangan sampai, apa yang kita lakukan adalah manipulasi dari keinginan pribadi kita dengan mengatasnamakan Tuhan.
Ilustrasi:
Saya secara pribadi juga terus berjuang untuk menggumuli hal ini. Dan terus bertanya kepada Tuhan, “Apakah yang saya lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak?”. Saya itu punya satu kerinduan untuk melayani di tanah Papua. Ketika masih menempuh kuliah S1 saya berkata nanti saya akan melayani di Papua. Bahkan saya berkata bahwa saya rela mati di sana, sehingga pernah melayani 1 tahun disana, dan semangat untuk kembali melayani disana tersu berkobar.
Namun, semakin kesini saya mencoba untuk merenungkan kembali apakah ini yang Tuhan inginkan buat saya. Tapi bukankan menjadi misionaris adalah hal yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan? Ya awalnya juga saya berpikir bahwa ini saya lakukan demi panggilan, ini adalah kehendak Tuhan. Tapi belakangan ini saya semakin merenungkan motivasi saya untuk melayani di pedalaman. Apakah ini demi panggilan Tuhan untuk saya, atau sebenarnya demi sebuah “Nama yang akan terkenal”.

Saya mengagumi seorang misionaris di Papua, namanya Daniel Alexander. Dan namanya juga cukup dikenal oleh banyak orang, Kick Andy bahkan pernah mewawancarai dia. Dia adalah orang yang memiliki hati yang sangat mulia untuk orang-orang Papua.
Dan saya takut, ketika saya berkata saya mau melayani di Papua, ini untuk Tuhan tapi sebenarnya hanya karena ingin menjadi seperti Daniel Aleksander, yang dikenal dan dikagumi banyak orang. Kehidupan seorang misionaris itu, meskipun hidup dalam kesederhanaan tapi namanya akan selalu dikenang, biar sudah mati maka tetap dikenang, bahkan dibikin patung, dan saya takut inilah yang sebenarnya saya kejar. Popularitas, kehormatan, dan pujian dari orang lain.

Dalam melayani Tuhan, hal-hal seperti, manipulasi keinginan pribadi sangat rawan terjadi. Sehingga ketika kita berada ditengah jalan, dan realita yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita maka kita kecewa.
-          Ketika kita dikritik atas pelayanan kita, kita sudah down, karena ternyata yang kita cari adalah pujian
-          Ketika kita berselisih dengan rekan sepelayanan, kita down, karena yang kita cari adalah rasa ingin menonjolkan diri
-          Ketika orang lain berhasil, kita iri, karena kita mencari keberhasilan.

Tanpa kemurnian hati untuk melayani, kita tidak akan bisa melayani dengan efektif.

Namun meskipun demikan, kabar gembiranya adalah orang-orang yang seperti itu Allah tetap pakai. Allah bisa mengubah segala sesuatu menjadi indah, meskipun itu berasal dari kesalah kita. Allah bisa menulis garis lurus dengan tongkat yang bengkok. Ternyata kita yang memiliki motiivasi yang salah dalam melayani, Allah tetap pakai, kita yang banyak kekurangan ini Allah tetap pakai.
-          Allah tetap memakai Petrus yang sudah menyangkal Tuhan Yesus 3 kali
-          Allah tetap memakai, Tomas yang meragukan kebangkitan Yesus
-          Yohanes Markus, tetap dipakai meskipun ia pernah lari dari pelayanan
-          Daud tetap Allah pakai meskipun ia pernah berzinah



Kenapa bisa Allah melakukan semuanya itu? Karena anugerah-Nya. Kasih-Nya kepada kita lebih besar dari motivasi kita yang salah. Kasih-Nya lebih besar dari kelemahan-kelamahan kita.  

Natur dosa yakni natur yang ingin selalu melawan kehendak Allah, sudah menjadi bagian dari hidup kita. Sehingga kita tidak selalu bisa meresponi panggilan pelayanan dari Allah dengan baik. Untuk itu kita butuh anugerah Allah, untuk bisa meresponi panggilan pelayanan dari Allah tersebut, sehingga motivasi kita dalam pelayanan semakin dimurnikan.

-          Tuhan memakai Petrus dengan luar biasa karena Petrus mau dimurnikan motivasi pelayanannya oleh Tuhan
-          Markus juga semakin luar biasa, karena ia juga semakin belajar apa itu melayani dengan tulus.

Mungkin kita di dalam setiap doa kita, mungkin kita bisa berkata seperti ini “Tuhan, berikanku hati seperti hati-Mu, sehingga saya bisa mengasihi dan melakukan pelayanan yang Engkau percayakan ini”.

Dengan kemurnian motavisi, maka apapun yang terjadi dalam pelayanan, tidak lagi menjadi alasan kita untuk tidak semangat lagi dalam melayani. Karena kita tidak lagi berfokus pada diri sendiri.
-          Kritikan dari orang lain, tidak dianggap lagi sebagai hal yang menjatuhkan tapi dilihat sebagi hal yang dapat menjadikan pelayanan semakin lebih baik
-          Perbedaan pendapat, tidak lagi dilihat sebagai permusuhan, tapi sebagai suatu pertimbang untuk dipikirkan bersama demi kemajuan pelayanan
-          Kesibukan tidak lagi menjadi alasan untuk tidak mau melayani

1. Ingatlah bahwa jerih payahmu dalam pekerjaan Tuhan tidak akan sia-sia
-          I Korintus 15:58
2. Allah tidak akan melupakan pekerjaan dan kasih yang telah kita tunjukkan dalam pelayanan kita (Ibr. 6:10).

1 komentar :