Total Tayangan Halaman

Minggu, 12 Oktober 2014

DATANGLAH KERAJAAN-MU (Matius 6:5-8)



Syalom….
Tema besar kita dalam beberapa minggu ini adalah berbicara tentang satu doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, yakni  DOA BAPA KAMI. Minggu lalu kita sudah sampai pada frasa DIKUDUSKANLAH NAMA-MU. Nah minggu ini kita akan berbicara tentang DATANGLAH KERAJAAN-MU. 

 NONTON KLIP “ARE YOU HAPPY”

6:9-15à ayat 10 DATANGLAH KERAJAANMU
Saudara-saudara,,,, kata DATANGLAH KERAJAANMU ini hadir dalam satu bagian besar yaitu ketika Yesus mengajar orang banyak di atas bukit, dari pasal 5-7 yang dikenal dengan sebutan KHOTBAH DI ATAS BUKIT. 

Nah, salah satu hal yang dibicarakan oleh Yesus dalam khotbanya ini adalah tentang doa Bapa kami, yang salah satu isinya adalah DATANGLAH KERAJAANMU. Artinya bahwa kata DATANGLAH KERAJAANMU merupakan salah satu dari bagian isi doa. Doa adalah permohonan kepada Tuhan. Karena ini adalah ajaran Tuhan Yesus, berarti Ia menyuruh kita untuk mendoakan hal ini, untuk meminta kepadaNya supaya KerajaanNya datang ke bumi ini. Melalui doa ini para murid diajarkan untuk memohon/ mengharapkan kedatangan Kerajaan Allah di bumi ini. 

Apakah yang dimaksud dengan doa itu? 

Apa itu KERAJAAN-MU dan mengapa Tuhan menyuruh kita untuk meminta kepadaNya hal tersebut?
Apa itu Kerajaan-Mu?
Kata KERAJAANMU dalam hal ini mengarah kepada Allah, jadi kita dapat memahaminya sebagai KERAJAAN ALLAH atau KERAJAAN SORGA. Kerajaan Allah adalah pemerintahan dimana Allah sendiri yang memerintah. 

Pertama-tama mungkin bapa ibu pernah membaca dalam alkitab istilah KERAJAAN ALLAH dan KERAJAAN SORGA. ...

Bagaimana orang-orang dalam PB memahami arti kerajaan Allah atau kerajaan sorga
Enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain, yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas oleh para penjajah tersebut, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin-pemimpin sendiri, yaitu raja-raja boneka yang diangkat oleh para penjajah. Dalam situasi tertindas seperti itu, kerinduan akan datangnya Mesias dan Kerajaan Allah senantiasa muncul dengan kuat. Paham tentang Kerajaan Allah bukan baru muncul pada zaman Yesus, tetapi sudah lama diimpikan oleh bangsa Israel, terlebih pada saat-saat mereka sangat ditindas. Dalam situasi tertindas itu, muncullah bermacam-macam paham tentang Kerajaan Allah. 

Konsep orang-orang pada zaman PB tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga adalah suatu pemerintahan yang memiliki fisik. Ada wujudnya seperti kerajaan pada umumnya. Dan bisa membebaskan mereka dari penjajahan Romawi saat itu. Tapi ternyata bukan seperti itu. Tuhan Yesus berkata ‘kerajaan-Ku tidak berasal dari dunia ini’, artinya bahwa Kerajaan Allah itu berbeda dengan kerajaan di duni ini. Tidak terbatas di suatu tempat saja.
 
Namun, seberapa rindukah kita kerajaan Allah hadir di dunia ini? Sebagian besar dari kita tidak pernah memikirkan hal ini. Bahkan tidak mau memikirkan dan mendoakan hal ini. Mengapa
Mendoakan hal ini memiliki “resiko” dalam kehidupan ketika. Seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya. Dan inilah hal yang terberat, yakni sulit untuk menyerahkan hidup ini ke dalam tangan Allah yang memerintah. Siapa sih yang mau diperintah-perintah. Makanya begitu banyak orang memberontak terhadap pemerintah ketika pemerintah itu tidak sesuai dengan keinginan kita. 

Hal yang sama yang dilakukan oleh bangsa Israel kepada Tuhan. Mereka tidak mau dipimpin oleh Tuhan. Mereka tidak mau Allah menjadi raja mereka. 

BACA: I Samuel 8:4-8

Mengapa Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid untuk mendoakan hal ini?????????????????
Kita adalah orang-orang yang sudah menerima anugerah Allah. Kita telah menerima anugerah menjadi anak Allah (Roma 8:15), artinya bahwa kita sebagai orang percaya adalah anggota keluarga Allah. Maka sebagai anggota keluarga Allah, orang yang sudah menerima anugerah Allah, sudah seharusnya kita merindukan dan mendoakan agar kerajaan Allah datang.
Apakah saat ini Allah belum memerintah kita? Allah telah memerintah dunia ini dari sampai sekarang. Sejak dunia ini diciptakan Allah sudah memerintah. Kerajaan Allah ini kelak akan dinyatakan secara sempurna ketika Kristus datang kembali untuk kedua kalinya. Doa yang meminta “datanglah kerajaanMu” mengandung makna menantikan datangNya hari Tuhan ini. 

Apa makna yang terkandung di dalam doa datanglah kerajaan-Mu ini?

Pertama-tama ketika kita berkata DATANGLAH KERAJAAN-MU, maka disini tersirat kita mengakui kedaulatan Allah. Kita merindukan Allah memerintah kita. Dalam kerajaan Allah itu, kita adalah rakyatnya dan Yesus adalah RajaNya. Maka sebagai rakyat/umat yang dipimpin maka kita harus tunduk kepada pemimpin kita. Tapi biasanya kita bukan tunduk, tapi TANDUK. Seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel, menolak Allah sebagai pemimpin hidup mereka. 

Sejauh mana kita sudah manaklukan diri kita dalam pimpinan Allah.
Seharusnya kita belajar untuk menaklukan diri kita di bawah kuasa Allah sebagai pemimpin hidup kita. Tuhan Yesus sendiripun ketikan Ia datang ke dunia ini, Ia menaklukan diri-Nya, dan pada akhirnya ia tetap menerima dan menjalani cawan penderitaan yang diberikan Allah (Matius 26:39).
Ibarat: Seorang anak dalam keluarga, maka sudah seharusnya ia patuh kepada orang tuanya.
Bukanlah hal yang mudah untuk menaklukan diri di bawah pimpinan Allah dan melakukan apa yang Ia kehendaki sebagai pemimpin hidup kita. Karena terkadang apa yang kita inginkan berbeda sekali dengan apa yang diinginkan oleh Sang Raja kita. Inilah hal yang membuat kita terkadang tidak mau memikirkan hal ini dan kalau pun kita memikirkan kita jarang mau melakukannya. Ya, memang ada konsekuensi di sana. Mungkin kita merasa dirugikan karena melakukan apa yang pemimpin kita inginkan. Tetap sekalilagi,,,, kalau kita mengakui Allah sebagai sebagai raja, sebagai pemimpin hidup kita maka kita wajib untuk melakukan apa yang ia inginkan. Jadi sekarang bukan hanya sekedar kata-kata saja,,,
-          Engaku rajaku
-          Engaku pemimpin hidupku
-          Engkau gembalaku
Tapi harus ada tindakan. Dalam Matius 13 Tuhan Yesus banyak berbicara tentang Kerajaan Allah, dan dari sana kita dapat melihat bahwa dalam Kerajaan Allah diperlukan ketaatan mutlak seperti seorang anak kecil dan juga dituntut kesetiaan serta pengapdian mutlak seorang murid. Namun yang seharusnya diutamakan manusia adalah mematuhi ketentuan atau peraturan Allah, sebab kerajaan Allah – seperti harta yang terpendam atau mutiara yang sangat mahal harganya – adalah satu perkara yang paling berharga di dalam hidup ini, sehingga pengorbanan macam apapun pantas dilakukan untuk memperolehnya. 

Yang kedua, di dalam Alkitab dicata bahwa bukan hanya Yesus saja yang memberitakan Kerajaan Allah ini, tapi juga ada Yohanes Pembaptis.
-          Ada suara yang berseru-seru dipadang gurun
Kemudian dilanjutkan oleh murid-murid.
* Matius 10:5-7
10:5. Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,
10:6 melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.
10:7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.

Dan inilah yang menjadi tugas kita, kita juga terpanggil utuk memberitakan kerajaan Allah di dunia ini. Roma 14:17 berkata Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. (Rom 14:17 ITB)
ada 3 hal yang menjadi tanda utama dari hidup yang betul yaitu kebenaran, sejahtera dan sukacita di dalam Roh. Dalam hidup yang betul harus ada 3 tanda utama ini dan itu berarti bahwa kita tetap tinggal dengan betul dalam kerajaan Allah, tetap hidup dipimpin Roh, berjalan dengan Allah Kej 6:9 untuk melakukan kehendak Allah senantiasa Mat 7:21. Sekalipun banyak umat Tuhan disibukkan dengan sekolah, pekerjaan, rumah tangga dll yang makan banyak waktu, tetapi kita tetap bisa hidup dengan Tuhan, dipimpin Roh dalam semua kesibukan jasmani yang rutin ini (bahkan ini menjadi indah dan berhasil) yaitu dengan tetap hidup benar dan sejahtera dan sukacita di dalam Roh.

Ketiga hal inilah yang juga coba kita bagikan kepada orang lain sebagai cara yang kita pakai untuk memberitakan Kerajaan Allah. Baik itu di dalam keluarga kita, tempat pekerjaan kita, sekolah atau kampus kita, lingkungan kita. Tanyakan pada diri sendiri sudah kah saya menghadirkan Kerajaan Allah bagi dunia disekitar saya.
Ilustrasi: mother teresa
Mother Teresa adalah seorang perempuan yang terkenal dan menjadi berkat bagi banyak orang, rakyat Calcuta pada khususnya. Dalam buku biaografi yang mencatat tentang kehidupan Mother Terese, dikatakan bahwa pada 10 September 1946, pada saat umurnya genap 36 tahun ia mendapat panggilan untuk keluar dari biara. Pergilah menghampiri kaum miskin. Tinggalkan biara. Tinggallah bersama yang termiskin dari yang miskin. Begitulah kira-kira bunyi panggilan tersebut. Adapun tempat yang dituju itu adalah Calcuta. Melalui perjuangannya untuk mewujudkan panggilan tersebut dari tantangan orang-orang yang tidak menyetujuinya, akhirnya ia menjalani panggilan tersebut. Tinggal bersama kaum miskin di perkampungan kumuh di Calcuta. Di sanalah ia menghadirkan kasih Kristus yang selama ini telah menyentuh hatinya. Memberikan pendidikan kepada anak-anak yang tidak bisa sekolah, merawat orang-orang sakit, mengajarkan ketrampilan untuk bertahan hidup, di sanalah ia memberikan seluruh hidupnya.
Bukanlah hal yang mudah baginya untuk melakukan apa yang di perintah oleh Allah kepadanya, tapi pada akhirnya ia mau melakukannya, karena kasihnya kepada Allah yang ia sembah, kepada Allah yang ia akui sebagai raja.
Ini adalah salah satu contoh orang yang belajar untuk menaklukan diri dibawa pimpinan Tuhan. Nurut perintah Sang Raja meskipun pada awal-awalnya dia juga masih berpikir dua kali untuk melakukan hal tersebut.
Mungkin kita tidak akan bisa seperti ibu Teresa ini, tapi kita bisa penghadir Kerajaan Allah di dunia ini dengan hal-hal yang sederhana.

LIHATLAH…. LADANG SUDAH MENGUNING!!! Yohanes 4:31-38 (4:1-42)




Introduction
Syalom bp/ibu/sdr. sekalian……..
Saudara sekalian, sudah satu minggu berlalu kita telah merayakan kebangkitan Tuhan Yesus? Apa yang kamu rasakan? Mungkinkah rasa itu masih ada sampai saat ini? Dan setelah kita merayakan Paskah apa yang harus kita lakukan? Saya berharap kita semua tidak membiarkan paskah yang sudah kita rayakan sebagai hal yang biasa saja.

Saudara, setelah sekian lama ataupun baru menjadi orang percaya, apakah kita pernah bertanya “TUHAN, APA YANG ENGKAU MAU BUAT HIDUPKU?” Pernah kita bertanya apa yang dikehendaki Tuhan untuk hidup kita? Kita sebagai orang yang telah ditebus, tentu saja Tuhan melakukan hal tersebut karena ia punya rencana untuk kita. Nah, apa rencananya buat kita. Ada yang tau apa rencana Tuhan buat bapak ibu? Sebagian besar orang kristen jarang memikirkan hal ini.

Mari kita baca Alkitab kita dari Yohanes 4:31-42.
Ayat 35:
Tema kita “Lihatlah, ladang sudah menguning”

Bacaan kita ini sebenarnya bermula dari ayat 1, yaitu percakapan Yesus dengan seorang perempuan Samaria. Baca ayat 3-9.
-          Perempuan samaria: orang Yahudi dan samaria tidak pernah akur. Malah mereka saling bermusuhan, padahal sebenarnya mereka ini masih saudara. Sehingga, ketika Yesus minta air, maka perempuan itu bertanya masa kamu orang Yahudi minta air kepada orang Samaria? Minta air kepada musuh.
-          Mereka itu bertemu pukul 12 siang. Siang-siang begitu, biasanya orang malas keluar rumah dong. Apalagi pergi untuk menimba air di panas terik begitu. Tuhan Yesus saja beristirahat. Kenapa waktunya dicatat? Suka-suka alkitab lah. Tidak ya saudara-saudara, ini ada gunanya. Jika seseorang kehidupannya tidak sama seperti yang lain, maka biasanya kita berkata bahwa ada yang tidak beres dengan orang tersebut. Siapa perempuan ini sebenarnya? Kenapa ia pergi menimba air saat tidak ada orang? Ternyata dia adalah seorang perempuan yang tidak baik, sundal. Dan perempuan-perempuan seperti ini akan dikucilkan dalam masyarakat. Sehingga ia mengambil air di saat tidak ada orang.
-          Dalam pertemuan inilah, mereka (Perempuan Samaria dan Yesus) berbicara. Dari pembicaraan tersebutlah perempuan berdosa itu mengenal Kristus.
-          Setelah pembicaraan selesai, ia pergi, dan apa yang ia lakukan? Lihat ayat 28-29 à ia memberitahukan kepada orang lain, bahwa ia sudah mengenal Kristus.

Dalam, konteks inilah, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya (ayat 35) LIHATLAH SEKELILINGMU DAN PANDANGLAH LADANG-LADANG YANG SUDAH MENGUNING DAN MATANG UNTUK DITUAI.

Mengapa Yesus mengatakan haL demikian? Dan sebelumnya ia berkata BUKANKAH KAMU MENGATAKAN, EMPAT BULAN LAGI TIBALAH MUSIM MENUAI?

Dalam hal ini Tuhan Yesus sedang menunjukkan perbedaan, antara Ladang di sawah dengan manusia. Empat bulan lagi tiba musim menuai adalah suatu waktu yang menunjukkan pesta panen. Di tradisi mereka, setelah menanam benih, maka empat bulan lagi baru akan dipanen. Nah, yang ingin Tuhan Yesus katakan, bahwa hal ini berbeda dengan ladang biasa yang menunggu 4 bulan lagi baru bisa dituai. Yesus berkata, tidak perlu menunggu 4 bulan lagi, tapi inilah waktunya untuk menuai. Inilah waktu untuk memberitakan Injil.

Pertanyaannya? Ladang yang mana? Sering sekali kita berpikir bahwa ladang itu yang orang-orang di luar sana, orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Dan bukan orang-orang yang ada di gereja, bukan orang-orang yang ada di kiri kanan saudara. Sehingga nantinya kita hanya terkaget-kaget ketika melihat orang-orang yang duduk di kiri kanan kita jatuh dalam dosa, dan kita bertanya kok bisa? Ada seorang yang mengatakan begini: MANUSIA/ORANG KETIKA MASU GARASI, MAKA TIDAK MEMBUAT MANUSIA JADI MOBIL, demikian juga dengan datang ke gereja, PERGI KE GEREJA TIDAK MEMBUAT ORANG JADI ORANG KRISTEN. Kenapa? Karena tidak semua yang datang ke gereja, adalah orang yang rindu akan persekutuan kepada Allah. 

Ada yang datang:
-          Ada yg datang ke gereja tapi tidak tau mengapa ia datang ke gereja. Tidak ada alasan. Hanya sekedar ikut-ikutan saja
-          Ada juga karena Tuhan sudah menjawab doaku, maka aku mau datang ke gereja.
-          Ada juga yang datang ke gereja karena ia lebih suka dengan tata ibadah yang ada di gereja.
-          Ia mulai mengadopsi ajaran gereja. Karena saya sudah bergereja di tempat tersebut, maka saya mulai mengakui ajaran gereja tersebut. Kenapa kamu percaya pengakuan iman rasuli? Karena gereja mengajarkannya.
-          Ada juga yang mulai menyadari dan benar-benar rindu untuk bersekutu dengan Tuhan, mulai baca Alkitab bukan hanya di gereja tapi juga di rumah.

Nah, semua kita yang datang ini, pasti memiliki posisi yang berbeda-beda. Entah masih di level 1 tdi, atau sudah dimana? Kalau kita sudah menyadari keadaan seperti ini, sekrang kita tahu bahwa ladang, bukan hanya ada diluar sana, tapi juga ada di dalam gereja.

Yang berikutnya adalah.
PENUAINYA SIAPA? Kalau sudah siap panen, yang memanennya siapa? Kalau ladang yang sudah menguning itu ada di gereja dan ada juga di luar sana, maka yang menuai siapa? Wah, kalau itu mah pekerjaannya hamba Tuhan, pendeta, kita kan Cuma jemaat biasa, awam, tidak tau apa-apa, jadi tidak mengerti hal-hal yang begituan. Padaha kita mengaku sebagai orang percaya. Mungkin sebagian besar dari kita melakukan aktifitas atau pekerjaan untuk kesuksesan, demi sesuap nasi dan segenggam berlian, tapi apakah kita pernah mengaitkannya dengan iman kita. Apakah kita pernah bertanya ketika kita mengerjakan sesuatu dan kita bertanya apa sih hubungan pekerjaan saya ini dengan Allah yang hidup.

Dan mungkin saja kita berpikir bahwa SAYA INI TIDAK DIPAKAI TUHAN. Padahal kita orang yang sudah ditebus. Jika kita sudah ditebus maka Allah menyelmatkan kamu (I Korintus ...). Setelah ditebus Tuhan punya rencana dong. Apakah ada yang tahu apa rencan Tuhan buat hidup kita? Ibu tahu apa rencana Tuhan buat ibu? mungkin sebagian dari ktia tidak pernah memikirkan hal ini. mungkin kita baru sadar setelah kita sakit dll. Nah, apa sih yang Tuhan inginkan.

Saudara
Kalau kita perhatikan di dalam alkitab, Allah itu memakai orang-orang yang unik untuk menjalankan misinya di dunia ini.
Misalnya, Allah memanggil Abraham yang pada saat itu hidup ditengah2 orang yang menyembah berhala.
Allah juga memanggil Yakub yang secara fenomena adalah seorang penipu.
Allah juga memilih Amos yang sehari2nya bekerja sebagai peternak domba dan pemungut buah ara di hutan.
Allah juga memanggil Yunus, seorang yang dengan berani menentang perintah Tuhan dengan melarikan diri dari tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.
Allah juga memanggil Daniel, seorang yang ada di pembuangan untuk menjadi perpanjangan tanga Tuhan saat mereka ada ditengah2 bangsa asing.
Allah memanggil Paulus yang secara terang2an menentang Tuhan dan menyiksa gereja-Nya, dan banyak tokoh lainnya.
Perempuan Samaria tadi juga, 

Dari hal ini kita belajar bahwa Allah bisa memakai siapa saja untuk menjadi partenernya di dunia, dan tidak terkecuali kita sebagi orang percaya.

Lalu, bagaimana kita meresponi panggilan Tuhan?

Saudara2 yang dikasihi Tuhan,
Ternyata tidak semua orang dipanggil untuk mendedikasikan diri menjadi seorang hamba Tuhan. Dan ini adalah suatu hak yang istimewa bagi kita. Panggilan ini adalah suatu hal mempunyai nilai yang mulia, punya nilai kekal.  

Saudara2, bayangkan saja jika kita tiba2 dipanggil/diundang oleh SBY untuk membicarakan sesuatu, kira2 kita akan seperti apa? Saya yakin kita akan sangat surprise, deg2an, sampai mungkin pergi ke mall, cari baju yang paling bagus, lalu sebagai orang Kristen  kita akan sibuk telpon sana-sini untuk minta dukungan doa, meskipun mungkin kita tidak simpatik dengan SBY. Bahkan jika dia memberikan suatu tugas pada kita, saya percaya kita akan berusaha memberikan yang terbaik karena SBY yang secara langsung meminta kita untuk melakukannya. Kalau dengan SBY saja kita memiliki keinginan untuk mempersiapkan diri dan melakukan yang terbaik, kalau dipanggil SBY saja kita sudah deg2an, bagaimana dengan panggilan Tuhan?
Tentu saja kita pun memiliki kerinduan untuk bisa dipakai Tuhan, untuk memberi yang terbaik. Akan tetapi, pada kenyataannya kita sulit  melakukannya. 

Pada kenyataannya kita ini adalah manusia yang berdosa, yang hidup dalam natur dosa yang cenderung bersikap untuk melawan Allah, kita adalah musuh Allah. Lalu, Bagaimana mungkin kita, yang memiliki struktur jiwa seperti ini mau melaksanakan panggilan Tuhan? Bahkan Rasul Paulus sendiri, seorang yang expert dalam pelayanan pun bergumul mengenai hal ini. Dalam Roma 7:15-20, rasul Paulus menceritakan pergumulannya dengan keinginan dosa yang terus-menerus berjuang melawan keinginan batin nya yang suka untuk melakukan hukum Allah hingga dia berkata dalam ayat 24, aku manusia celaka! Siapa yang dapat melepaskan aku dari tubuh maut ini? bahkan Daud pun berkata dalam Mazmur 19:13, siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak aku sadari. 

Yang pertama, 

kita meminta anugerah Tuhan karena pada kenyataannya kita tidak sanggup meresponi atau menjalani panggilan kita
Hal ini seharusnya menyadarkan kita bahwa sesungguhnya kita tidak akan sanggup menjalankan panggilan yang dipercayakan Allah kepada kita tanpa Allah memberikan anugerah kepada kita untuk melakukannya. Kita tidak akan sanggup menjalankan pelayanan dan menghidupinya dalam kehidupan kita sehari2 tanpa belas kasihan dan anugerah Allah bagi kita.
Suatu kali seseorang bertanya kepada Ibu Teresa, "Ibu telah melayani kaum miskin di Kalkuta, India. Tetapi, tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?" Ibu Teresa menjawab, "Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia ...."

Yang kedua,
setelah kita diberi anugerah, kita harus aware dengan kelemahan2 kita. Ini dapat menolong kita untuk mengenal siapa diri kita, di area mana kita lemah dan mudah jatuh. Seperti Agustinus yang menyadari bahwa dia memiliki pikiran2 yang berdosa, memiliki keinginan2 yang tidak benar. Dalam anugerah-Nya, ijinkan Tuhan menyatakan kepada kita hal2 yang menjadi kelemahan kita sebab seperti yang dikatakan dalam Mazmur 26:2, ujilah aku Ya Tuhan dan cobalah aku, selidikilah batinku dan hatiku 69:20, Engkau mengenal cela ku, maluku dan nodaku.

Bahkan Daud sendiri berkata dalam mazmurnya, Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku; ujilah aku dan kenallan pikiran2 ku. Lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal, Mazm. 139:23-24. Sebab Daud sendiri percaya bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang mengenal dia luar dan dalam. Tidak ada yang dapat kita sembunyikan daripada Allah, termasuk dengan keberadaan kita, dimanapun kita mencoba untuk bersembunyi, namun Allah tetap senantiasa mengenal dan mengerti apa yang hendak kita lakukan, siapa kita.

Konklusi

Saudara2,
Sekarang kita sudah tahu bahwa Tuhan memanggil kita dan mempercayakan kepada kita pekerjaan mulia, apakah kita masih berpikir bahwa saya tidak bisa. Tapi masa sih kita hanya mau datang ke gereja. Masa tidak mau dipakai Tuhan untuk pekerjaan yang mulia. Ingat ladang sudah menguning, dan itu ada disekitar kita. 

-          Saya punya teman hamba Tuhan juga. Peristiwa ini ia alami ketika ia masih sekolah pendeta. Ketika ia masih sekolah. Suatu hari ia diajak oleh seorang teman untuk mengunjungi seorang wanita tua yang belakangan ini sudah jarang ke gereja. Kemudian mereka sampai di rumah perempuan yang sudah tua itu. Mereka lama berbincang-bincang, dan di akhir pembicaraan mereka itu ia berkata kepada teman saya yang seorang hamba Tuhan ini: “MULAI SEKARANG KAMU AKAN MENJADI SALAH SEORANG DARI DAFTAR ORANG-ORANG YANG SAYA DOAKAN”. Dan ia meminta teman saya ini untuk menuliskan namanya di sebuah buku kecil, yang di dalamnya sudah ada list nama-nama orang yang selalu ia doakan.
-          Kisah seorang janda di sarfat (I Raja-raja 17:7-24). Ia mau berbagi makanan dengan nabi Allah meskipun ia sendiri dalam kekurangan
-          Matius Pemungut cukai
-          Pembantu yang dibawa oleh majikannya untuk ikut beribadah
-          Kehidupan kita sehari-hari sebagai orang percaya, benar-benar menjadi satu kesaksian yang hidup bagi di dunia.

Banyak hal yang bisa kita lakukan dan masa kita tidak mau memikirkannya. Mungkin2 contoh-contoh ini dianggap enteng orang lain, tapi bagi Tuhan tidak ada yang enteng asalkan kita mau melakukannya dengan SERIUS, KOMIT, dan SETIA. 

Bagi kita yang masih bergumul dengan diri sendiri bahwa kita masih bergumul dengan dosa dan keinginan pribadi kita, Tuhan tidak peduli dengan dosa dan keinginan itu. Tuhan lebih peduli kepada kita yang mau berjuang karena hal tersebut.

Bagi kita yang masih bergumul dengan ketidakmampuan kita untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, ingatlah bahwa kita tidak akan mampu melakukannya sendiri. kita membutuhkan Allah  dan anugerah-Nya.
Bagi kita yang masih bergumul dengan pelayanan yang tak pernah berhasil, bahkan dengan keinginan untuk menyerah, Tuhan tidak peduli dengan pelayanan yang tak berhasil dan keinginan kita tersebut, karena Tuhan lebih peduli kepada kita yang mau berjuang untuk mengatasi kelemahan2 kita.
Kalau kelemahan kita menjadi sesuatu yang jauh lebih penting daripada kita, maka anugerah Tuhan menjadi tak berarti. Sebab untuk berdosa kita tidak memerlukan anugerah. Justru kita membutuhkan anugerah untuk membereskan dosa dan kelemahan di dalam diri kita.



PENYERTAAN TUHAN (Kel. 13:17-22)



Introduction
Sekitar beberapa tahun yang lalu saya melayani di suatu daerah yang cukup terpencil. Daerah yang kata orang cukup mengerikan. Maka saya ingin membuktikan bahwa pernyataan orang lain tersebut adalah salah. Ada satu pengalaman yang cukup membekas dalam ingatan saya sampai saat ini, mungkin karena itu adalah pengalaman pertama setelah 2 minggu tiba didaerah tersebut. Ini kami alami saat kami berdua pulang malam dari pelayanan di suatu distrik yang jauh dari tempat kami tinggal, jaraknya dibatasi oleh hutan. Saat itu kami sedang naik motor. Di tengah jalan, kamu melihat seorang laki-laki sedang berbaring dipinggir jalan dengan balok yang cukup panjang di samping, yang ditaruh melintang dijalan raya. Sebagai orang baru ditempat tersebut dan ditambah dengan cerita-cerita yang mengerikan bahwa sering terjadi pembunuhan di jalan tersebut membuat kami berdua lumayan merinding. Kami mulai berpikir bagaimana kalau ia bangun terus begini-dan begitu. Mulai mengarang scenario criminal dalam pemikiran kami. Apa lagi kami berdua masih muda, dan sangat tidak mau mati muda. Kembali ke gereja bukan pilihan yang tepat, karena tidak lucu seorang hamba Tuhan takut (biasanya kan begitu…. ).

 Akhirnya kami memutuskan untuk tetap jalan, tancap gas, apapun yang terjadi tidak apa-apa, kalaupun kita mati malam ini tidak apa “kita mati sebagai misionaris muda” walaupun sebenarnya itu hanya dimulut saja, menguatkan satu sama lain, padahal dalam hati sangat berbeda. Ketika kami melewati orang tersebut, ternyata ia tidak bangun mungkin karena lagi mabuk berat jadi dia tidak mendengarkan suara motor kami. Puji Tuhan selamat, Tuhan masih baik. Tapi kemudian kami berpiki dan bertanya : “KALAU MISALNYA KITA MATI DITANGAN ORANG TERSEBUT, PUJI TUHAN TIDAK YA? TUHAN MASIH TETAP BAIK NGGAK YA?”

Bpk/ibu/sdr sekalian bukankah kalimat yang sama yang sering terlontar dari mulut kita ketika kita berhasil ke luar dari satu keadaan begitu buruk. Tuhan masih tetap menyertai kita sehingga kita bisa bebas dari masalah tersebut.

-          Puji Tuhan rumah saya tidak terbakar di antara satu RT, kemudian kesaksian lagi di gereja.
-          Namun apakah masih tetap puji Tuhan dan mengakui penyertaan Tuhan jika yang terjadi adalah hal yang tidak kita inginkan.

Kita begitu antusias sekali terhadap pernyataan Tuhan dalam hidup kita. Kita menilai bahwa inilah yang terpenting yang harus kita miliki sebagai orang kristen. Dan kalau boleh jujur kita sering mengidentikannya dengan hal-hal yang positif saja bukan. Tapi memang menyenangkan sekali ketika kita itu disertai oleh seseorang yang lebih dari kita. Mungkin atasan kita, orang tua kita, ataupun orang-orang yang kita kasihi. Dulu ketika saya belajar naik sepeda, kakak saya itu selalu berkata begini “TIDAK APA-APA, KAYUH SAJA PEDAL SEPEDANYA JANGAN RAGU-RAGU, AKU ADA DI SINI BEGO”, Dan ketika ia berkata demikian meskipun jidat saya jadi korban, maka saya pun mulai mengayuh sepeda itu dengan lebih berani, karena sekarang saya tahu bahwa ada kakak saya disamping saya yang beserta dengan saya, sehingga saya tidak akan jatuh. Ada kepercayaan, ada ketenangan di sana. Seharusnya penyertaan Tuhan lebih indah dari itu bukan. 

Rasul Paulus melihat betapa pentingnya penyertaan Tuhan bagi setiap umat Allah sehingga hampir disemua suratnya baik di awal maupun di akhir ia selalu memberkati jemaat dengan frasa “KIRANYA TUHAN MENYERTAI KAMU SEKALIAN”
-          Rom 1:7 Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.
-          1Cor. 16:23 Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu.

Gideon juga menyadari bahwa penyertaan Allah sangat penting dalam kehidupannya. Makanya ketika ia dipanggil dan di suruh untuk pergi melawan orang Midian ia meminta tanda apakah Tuhan benar-benar menyertainya atau tidak. Karena Gideon sangat sadar sekali bahwa, tanpa penyertaan Tuhan dalam peperangan yang akan ia hadapi, ia tidak akan berhasil.

Kita percaya bahwa Tuhan itu selalu menyertai umat-Nya, tapi pertanyaannya adalah apakah kita sebenarnya mau disertai oleh Tuhan? Jangan-jangan kita malah nggak suka sebenarnya kalau Tuhan beserta? Atau kita juga malah mengkotak-kotakan penyertaan Tuhan. Yang ini butuh penyertaan Tuhan dan yang ini tidak butuh penyertaan Tuhan. Pergi pelayanan meminta penyertaan Tuhan, tapi pergi ke indomaret di depan ini tidak meminta penyertaan Tuhan. Jangan-jangan kita sebenarnya ada orang yang bisa melakukan apa saja dengan kekayaan dan kemampuan yang kita miliki sehingga kita merasa bahwa penyertaan Tuhan belum kita butuhkan untuk saat ini. Bahkan sebenarnya sesuatu yang biasa kita lakukan kemungkinan besar membuat kita merasa tidak membutuhkan penyertaan Tuhan, karena kita sudah biasa melakukannya dan ternyata kita berhasil terus. Atau juga karena keadaannya sepertinya tidak begitu rumit sehingga kita merasa tidak butuh-butuh amat penyertaan Tuhan.

Max Lucado itu pernah berkata begini: Kita kalau sudah terbiasa naik pesawat, punya pengalaman naik pesawat berulang-ulang, sudah mandiri, sudah bisa memasang sabuk dengan baik, bahkan sudah bisa mengerti hal apa yang harus kita lakukan jika dalam situasi darurat, maka kita itu tidak pernah meminta bantuan lagi kepada para awak kapal karena kita sudah dewasa dan mandiri, sudah terbiasa. Bahkan kitapun tidak mau mendengarkan instruksi pendaratan mendadak.
Sama halnya dalam memahami penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Rutinitas yang biasa kita lakukan membuat membuat kita mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan penyertaan Tuhan dalam hidup ini.

Bagaimana sebenarnya kita harus memahami penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita ini sebagai orang yang mengaku percaya kepada Tuhan?

Subject
Mari kita sama-sama melihat satu kisah kehidupan umat Tuhan yang dicatat dalam alkitab bagaimana Tuhan menyertai mereka, yaitu PERJALANAN BANGSA ISRAEL DARI MESIR MENUJU TANAH KANAAN (KELUARAN 13:17-22).   à buka alkitab ß Perikop ini menceritakan tentang bagaimana Tuhan menyertai perjalanan bangsa Israel. Alkitab menceritakan kepada kita bahwa sejak bangsa Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, TUHAN selalu menuntun umatNya, TUHAN menyertai umatNya.

Keluaran 13: 20-21:
TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu”  Jelas bahwa TUHAN menyertai mereka. Tidak ada orang yang meragukan hal ini. Tetapi apa yang terjadi dalam perjalanan mereka selanjutnya? Sejumlah besar persolan harus mereka hadapi.
-          Baru saja Tuhan selesai berjanji bahwa Ia akan menyertai mereka, mereka sudah di kagetkan dengan orang Mesir yang mengejar mereka. 14:9-12. Apa yang kita lakukan jika berada diposisi seperti mereka? Katanya menyertai?
-          Di padang gurun tidak ada persediaan air, tidak ada makanan enak, berperang melawan bangsa lain
-          Hal ini membuat mereka hanya bersungut-sungut kepada Tuhan, bahkan mereka ingin kembali ke Mesir karena mereka kangen dengan makanan di Mesir. 

 Apakah sungguh TUHAN masih menyertai mereka?  Jika TUHAN masih menyertai mereka mengapa pada faktanya mereka masih mengalami persoalan? Jika TUHAN tidak lagi menyertai mereka mengapa tiang awan dan tiang api masih ada di depan mereka juga?
Apa yang bangsa Israel pikirkan tentang penyertaan Allah?
-          Ternyata bangsa Israel melihat penyertaan Allah identic dengan berkat atau kemenangan-kemenangan
-          Selalu menginginkan bukti penyertaan Tuhan bagi mereka sesuai apa yang mereka inginkan


Ketika mereka tidak mendapatkan penyertaan Allah seperti yang mereka inginkan, maka mulai timbul keraguan dari bangsa Israel, apakah Tuhan yang mereka percayai ini benar-benar menyertai mereka atau tidak.

Hal yang sama ditanyakan oleh Gideon kepada Tuhan ketika zaman hakim-hakim. Hak. 6:12-13 Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani." Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian."

Pertanyaan yang mungkin sekali diajukan oleh banyak orang kristen khususnya pada saat mereka mengalami persoalan yang luar biasa. Apakah TUHAN masih menyertaiku? Apakah TUHAN masih memimpin hidupku? Jika ya, mengapa persoalan hidup ini harus kuhadapi? Mengapa persoalan selalu datang silih berganti dalam hidupku? Dan mereka menjadi frustrasi dan bersungut-sungut kepada TUHAN.

Apakah sebenarnya bangsa Israel benar-benar mau di sertai oleh Tuhan? Kenyataannya tidak. Di dalam kehidupan mereka, mereka ingin hidup bebas tanpa ada interfensi dari Allah. Dan puncaknya adalah ketika mereka meminta seorang raja. Dan Tuhan berkata kepada Samuel: ”AKU-lah YANG MEREKA TOLAK”. Mungkin setelah mendiami tanah perjanjian mereka merasa sudah tidak membutuhkan Tuhan, yang mereka butuhkan adalah raja seperti bangsa asing lain. Layaknya suatu bangsa, yakni memiliki pemimpin yang riil atau raja.

Dan mungkin ini juga masalah yang kita miliki sebagai orang kristen. Perasaan yang sebenarnya tidak butuh-butuh amat penyertaan Tuhan. Toh, apa yang saya inginkan saya bisa peroleh dengan kemampuan saya.
-       Ibarat seorang anak yang sudah dewasa yang tidak membutuhkan lagi orang tuanya.

Namun yang luar biasanya adalah Allah tidak pernah meninggalkan bangsa Israel, meskipun mereka mempertanyakan janji penyertaan-Nya atau bahkan ketika mereka menolak penyertaan-Nya. Tabut sebagai lambang kehadiran Allah memang telah hilang namun itu tidak menghilangkan penyertaan Tuhan bagi umat-Nya. Penulisan kata IMMANUEL di awal Injil Matius merupakan sesuatu yang begitu penting, dimana menunjukkan bahwa Allah tetap menyertai umat-Nya. Bahkah ketika Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia menegaskan kembali penyertaan Allah ini dengan berkata ”Aku menyertai engkau sampai kepada akhir zaman”.

Seberapa jauh kita sudah mengenal Allah yang kita sembah? Dan seberapa jauh kita sudah merasa membutuhkan penyertaan Tuhan dalam hidup ini.

Kalau begitu bagaimana saya dapat menyadari penyertaan Tuhan dalam kehidupan ku? Apa yang harus kita lakukan?

1.       Manusia adalah berdosa
Pertama-tama kita harus menyadari bahwa setiap kita adalah manusia berdosa. Natur dosa itu sudah ada dalam diri kita. Dosa membawa keterpisahan kepada Allah. Realita di dalam alkitab mencatat bahwa terang dan gelap tidak mungkin bersatu. Sehingga untuk merasakan penyertaan Tuhan itu adalah hal yang mustahil.

2.       Kita yang adalah manusia berdosa ini adalah objek dari penyertaan Allah.
Ternyata kita manusia berdosa ini yang mustahil mendapatkan penyertaan Tuhan adalah objek dari penyertaan Tuhan. Artinya bahwa di saat kita tidak bisa mendapatkan penyertaan Tuhan dengan kondisi kita seperti itu, Tuhan malah memberikannya kepada kita. Bukan karena kebaikan kita ataupun karena kelebihan kita. Di dalam keberdosaan umat Allah di padang gurun, Ia pun tetap menyertai mereka. Dan di dalam kesulitan hidup yang dialami oleh umat-Nya pun, Ia tetap ada di sana. Namun bukan berarti bahwa jalan yang akan ditempuh lurus-lurus saja. 

-          Tiang awan dan tiang api tetap ada untuk menyertai bangsa Israel, tapi mereka masih bisa mengalami kehausan yang luar biasa dan air yang mereka temui justru pahit? Mereka juga masih bisa dikalahkan oleh musuh-musuh mereka.

-          Tuhan tetap menyertai Abraham, tetap menyertai Daud meskipun pernah jatuh dalam dosa perjinahan dan pembunuhan, tetap menyertai Rasul Petrus yang pernah menyangkal Tuhan. Dan aku yang berdosa inipun, yang setiap hari berbuat dosa, tidak bisa menjadi panutan buat orang lain, tidak jujur di tempat pekerjaan, tetap disertai oleh Tuhan. 

-          Tapi kenapa saya masih bisa mengalami kesulitan?
-          Kehidupan Yusuf dapat menjadi salah satu contoh bagi kita. Firman Tuhan mencatat bahwa Allah menyertai Yusuf. Tapi apa yang terjadi, Yusuf masih bisa dibenci oleh saudara-saudaranya, Yusuf difitnah, bahkan terakhir dipenjara. Tapi justru di dalam penjara itu ia semakin menyadari penyertaan Tuhan itu dalam kehidupannya.

-          Bunda Teresa dalam Malam gelap jiwanya ia mengatakan bahwa ia tidak merasakan kehadiran Allah, tapi kemudian ia berkata bahwa justru dalam keadaan seperti itu Tuhan menolongnya.
-          Mungkin ada kalanya pun kita mengalami masa-masa gelap seperti itu. Sulit melihat dan meyakini penyertaan Tuhan di masa-masa sulit tertentu. Mungkin terkadang pun kita tidak konsisten untuk memahami dan mempercayai penyertaan Tuhan dalam hidup ini. Bahkan membuat kita semakin bertanya-tanya tentang penyertaan Tuhan dimana. Tapi Allah memakai perasaan-perasaan tersebut untuk menolong dan menyertai kita.

3.       Kita harus memberikan respon
Setelah kita memahami hal ini maka kita harus memberikan respon terhadap penyertaan Tuhan tersebut. Setelah Allah menyatakan penyertaan-Nya kepada Gideon, maka tuntutan yang diberikan kepada Gideon adalah ia harus mempercayai penyertaan Allah tersebut, dan membuktikan kepercayaannya itu dengan maju merobohkan baal dan melawan musuh Israel. Tidak ada waktu lagi bagi Gideon untuk menundanya.

Apakah kita masih menunda untuk mengakui bahwa ’saya membutuhkan penyertaan Tuhan dalam hidup ini?” Setelah kita tahu bahwa kita ini adalah orang berdosa namun tetap disertai oleh Tuhan, apakah kita masih menunda untuk mengakuinya? Atau apakah kita masih tetap mengaitkannya dengan berkat-berkat yang kita inginkan? Apakah Tuhan harus memberikan kesulitan dulu baru kita merasa membutuhkan penyertaan Tuhan? Atau apakah Tuhan harus terlebih dahulu membuka tingkap-tingkap langit untuk mengakui bahwa itu adalah penyertaan Tuhan?

Ada sebuah anonim yang bunyinya begini:
Terkadang kita harus merasakan kesedihan untuk bisa memahami arti sukacita, terkadang diuji dulu untuk memahami arti iman, berseteru dulu untuk memahami kedamaian, dikhianati dulu untuk memahami arti kepercayaan, kehilangan dulu untuk memahami arti cinta, mengalami keraguan dulu untuk memahami arti harapan,

Apakah harus seperti itu? Kita harus menunggu dulu sampai kita mengalami hal demikian? Memang ada kalanya seperti itu. Tapi apakah kita mau menunggu dulu Allah mengambil apa yang ada pada kita, kita diperhadapkan dengan kesulitan-kesulitan hidup, baru mau membutuhkan penyertaan Tuhan?  Dan banyak orang yang kehilangan kesempatan dalam hal itu.

Mengakui penyertaan Tuhan dalam hidup ini seharus membuat hidup ini menjadi berbeda dari biasanya. Karena sekarang kita mulai melibatkan Tuhan dalam hidup kita dan kita mulai berpikir ulang apakah yang kita lakukan sesuai dengan kehendak-Nya atau tidak. Memang bukanlah hal yang mudah. Mungkin ada kalanya kita berkomitmen untuk melakukannya, namun mungkin kita terkadang kita tidak konsisten dengan komitmen tersebut sehingga membuat kita jatuh dalam hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kemudian kita berkomit lagi untuk melakukannya, kemungkin untuk mengingkarinya masih ada. Dan inilah dinamika kehidupan kita sebagai orang percaya. Dan saat itulah kita mulai merasakan bagaiman Roh Kudus dalam diri kita sebagai orang percaya terus bekerja.

Pertanyaannya adalah: APAKAH KITA SUDAH BENAR-BENAR DEALING DENGAN ROH KUDUS YANG ADA DALAM DIRI KITA?
Jalan serta Yesus, jalan sertanya setiap hari
Jalan serta Yesus, serta Yesus s’lamanya
Jalan2 suka, jalan2 susah
Jalan sertaNya setiap hari
Jalan serta Yesus serta Yesus s’lamanya
Marilah kita menghidupkan pujian yang biasa kita nyanyikan ini dalam kehidupan kita sehari-hari.