Total Tayangan Halaman

Selasa, 22 Maret 2016

Bolehkah memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala?




(Kel. 34:15-17, Kis. 19-21, dan I Korintus 8, 10:23-33)

Syalom…!!!
Jika di hadapan saudara terhidangkan makanan-makanan yang keliatannya enak, menarik perhatian, apa yang akan saudara lakukan? Bagaimana jika makanan tersebut sebelumnya telah dipersembahkan kepada berhala? Apakah saudara mau memakannya?
Tradisi agama-agama lain dalam mempersembahkan sesajen:
-          Budha
-          Bali: Sesajen sederhana dipersembahkan setiap hari, sedangkan sesajen istimewa dipersiapkan untuk acara-acara keagamaaan tertentu. Contohnya, setelah makanan harian dipersiapkan, sedikit bagian dari makanan tersebut disisihkan untuk para dewa penghuni rumah sebelum keluarga mengkonsumsi makanannyat. Selain itu, para dewa juga disajikan canang kecil – tray daun kelapa yang diisi berbagai jenis bunga dan sirih sebagai simbol keramah-tamahan.
-          Orang jawa/kejawen: Walaupun para penduduk di Jawa sudah memeluk agama islam tapi kebanyakan dari mereka tidak bisa melepaskan diri dari tradisi sesajen. Mereka menganggap tra disi ini sangat penting. Bahkan sampai memunculkan kekhawatiran jika mereka tidak memberikan sesajen kepada roh halus. Anggapan jika roh halus akan mengamuk jika tidak diberi sesajen masih sangatlah kuat. Dan ini menjadi salah satu ciri bahwa budaya hindu – budha sangatlah melekat di hati orang jawa.
-          Kemudian makanan tersebut diyakini akan membawa rejeki, berkat, kedamaian dalam hidup orang yang memakannya?
Bagaimana sikap saudara, apakah mau memakannya atau tidak? Mungkin terkadang kita bingung. Bahkan ketika membaca penjelasannya dalam Alkitab kita juga bingung, misalnya:
-          Kis. 15:20 “tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.”
-          I Kor.10:27 “Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.”
Hari ini saya akan mengajak kita berfokus untuk merenungkan apakah sebenarnya kita boleh memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala atau tidak? Di dalam Alkitab, pendengar diajarkan untuk tidak memakan makanan yang sudah persembahkan kepada berhala: Kis.15:19-21.
Perikop ini berbicara mengenai hasil sidang di Yerusalem mengenai sikap terhadap orang-orang non Yahudi yang percaya Kristus. Jadi saat itu Injil semakin berkembang, dan orang yang bukan Yahudi pun percaya Injil. Sehingga saat itu menimbulkan masalah, karena dalam ketetapan atau perjanjian Allah dengan bangsa Israel ada beberapa hal yang perlu mereka lakukan/larangan:
-          Tidak boleh makan darah/ binatang yang masih ada darahnya karena itu adalah nyawa
-          Tidak boleh menajiskan diri dengan memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala
-          Tidak boleh memakan daging binatang yang dicekik (berarti tidak keluar darah)
-          Ada juga perjanjian sunat, setiap laki-laki Israel harus disunat
Ketetapan2 ini lah yang dipegang oleh bangsa Israel dan turun temurun dipegang teguh oleh orang Yahudi (ay 21). Sehingga ketika ada orang baru yang percaya kepada Kristus maka mereka harus menjalankan ketetapan2 tersebut. Jadi ketika ada orang non Yahudi yang percaya Yesus, maka jemaat atau orang Yahudi asli menuntut mereka untuk mengikuti segala peraturan agama Yahudi. Misalnya harus sunat, tidak boleh makan darah, tidak boleh makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala.  Namun ada beberapa hal, dimana para Rasul menentang hal tersebut, karena apa yang pernah Allah janjikan kepada nenek moyang Yahudi, telah tergenapi di dalam Kristus. Keselamatan bukan karena menjalankan tradisi tetapi karena kasih karunia Tuhan, misalnya tidak perlu sunat. Namun, Yakobus juga memberikan beberapa tambahan kepada mereka yang baru percaya dan bukan orang Yahudi asli:
-          menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala
-          percabulan
-          dari daging binatang yang mati dicekik
-          dan dari darah

Maksud Yakobus memberikan ke-empat hal ini adalah erat kaitannya dengan masalah sosial atau masalah pergaulan dalam komunitas orang Kristen Yahudi dengan orang Kristen non Yahudi. Keempat bagian hal yang disebutkan oleh Yakobus adalah 4 hal yang sangat dibenci oleh orang Yahudi, hal ini biasanya menjijikan bagi mereka. Ini bukan peraturan baru, tapi sudah menjadi tradisi dan ajaran Musa (21). Orang Kristen Yahudi yang baru percaya tidak mengetahui hal ini, terkadang mereka masih cerobah. Oleh sebab itu Yakobus mengingatkan mereka supaya tidak terjadi perasaan yang menyebabkan benci dan kesal khususnya dari orang Yahudi. Orang-orang Yahudi Kristen membutuhkan suatu proses untuk bisa mengerti dan menerima bahwa aturan Taurat itu sudah dihapuskan. Sebelum hal ini bisa terjadi, mereka tetap akan jijik terhadap orang-orang yang makan hal-hal tersebut. Supaya ada hubungan yang baik antara Yahudi dan non Yahudi, maka orang non Yahudi sebaiknya tidak makan apa yang menjijikkan bagi orang Yahudi. 

Bagaimana dengan jemaat Tuhan setelah mendengarkan penjelasan di Kisah Rasul ini?
-          Apakah mau memakan makanan yang ada darahnya à sushi, makanan setengah matang
-          Misalnya, pas ada Imlek & anda diundang makan oleh tuan rumah yg keluarganya belum percaya Yesus, lalu mereka menyajikan makanan2 dari persembahan berhala, apakah saudara mau memakannya? Kalau nggak dimakan, nggak enak sama tuan rumahnya, ntar sakit hati. Tapi kalau dimakan, kan sudah dipersembahkan kepada berhala?
-          Daging korban idul adha agama lain, halal nggak ya? Kemarin waktu idul adha, mbak diasrama masak daging korban, dan kita makan-makan aja sih, yang penting enak dan tidak bau amis masaknya J
-          Tapi kalo lagi makan makannan itu, tiba-tiba ada saudara seiman kita yang tidak setuju, ngoceh gak karuan "Kamu gila ya ..., Jangan dimakan dunk, itu kan makanan persembahan berhala". Bagaimana?

Kegalauan ini dialami oleh satu jemaat yang dilayani oleh para rasul, yaitu Jemaat Korintus. I Korintus 10:23-33.

Surat I Korintus adalah suatu instruksi penggembalaan dari Paulus kepada satu gereja di pertengahan abad pertama sesudah Masehi/ after Christ. Gereja ini sedang menghadapi beberapa masalah khususnya yang mengancam kesatuan gereja. Kota Korintus sendiri merupakan kota yang multikultur. Ada dibawah kekuasaan Romawi. Di kota ini banyak sekali terdapat kuil-kuil untuk dewa-dewi mereka, dan juga ada gereja-gereja untuk komunitas orang Kristen. Di dalam kota tersebut selalu diadakan pesta keagamaan, dimana biasanya mereka akan mempersembahkan binatang sebagai kurban. Daging tersebut akan mereka makan bersama sebagai tanda penghormatan kepada dewa-dewi mereka, tapi sebagian lagi mereka jual di pasar. Nah…daging yang dijual dipasar ini, yang sebelumnya telah dipersembahkan kepada berhala, merupakan salah satu konflik yang terjadi di jemaat Korintus, “Apakah kita boleh memakan daging tersebut?” Sehingga hal ini menjadi salah satu alasan Paulus menulis perikop yang sudah kita bacakan tadi.
I.                    bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan
Prinsip yang harus kita ingat dalam bacaan ini adalah bahwa jemaat ini adalah orang Kristen. Satu hal yang Paulus tekankan kepada mereka ketika ia berkata bahwa “kita boleh memakan makanan tersebut”, adalah bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan. Orang Kristen tidak harus seperti orang Yahudi yang memastikan bahwa daging itu berasal dari binatang yang telah dibunuh secara benar atau bahwa makanan itu tidak ada kaitannya dengan penyembahan kafir. Orang Kristen adalah orang yang sudah dibebaskan, orang yang sudah dimerdekakan, jadi tidak lagi bergantung kepada masalah tersebut. Apa yang berasal dari Tuhan sang Pencipta itu adalah baik adanya. Sehingga Paulus mengatakan:
-          Ayat 25: boleh memakan segala sesuatu yang dijual dipasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan.
-          Bagaimana jika seorang yang tidak percaya mengundang anda makan dirumahnya? Paulus mengatakan “makanlah apa yang dihidangkan kepadamu tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan hati nurani (27). Tentu akan menimbulkan keadaan yang memalukan atau bahkan mengganggu tuan rumah apabila tamunya yang kristen itu melontarinya dengan pertanyaan2 tentang asal-usul makanan yang terletak dimejanya itu. Nikmatilah makanan itu kata Paulus dan jangan bertanya-tanya tentang asal-usul makanan tersebut (kecuali anda kolestrol, ya…ingat kesehatan dan umur J).
-          1Kor 8:8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."

Tapi kalo lagi asyik makan makannan itu, tiba-tiba ada orang Kristen yang tidak setuju, lalu ngomel-ngomel & ngoceh gak karuan "Kamu gila ya ..., Jangan dimakan dunk, itu kan makanan persembahan berhala". Apa yang harus kita lakukan?

II.                  Pertimbangan hati nurani
-          1Kor. 10:28 Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.
Inilah yang harus menjadi bahan pertimbangan kita sebagai orang Kristen:
-          10:23-24: utamakan kesatuan komunitas. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.” Daripada terpecah belah gara-gara makanan, mending tidak usah makan.
-          8:9 “Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” Paulus menekankan jangan sampai pengetahuan dan kebebasan yang kita miliki mejadi batu sandungan bagi saudara kita yang lain, yang masih lemah imannya.
-          10:32 “Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.

Bapak ibu saudara sekalian… hal ini juga menjadi prinsip kebenaran bagi kita semua ketika kita bertindak dalam hidup ini, bukan hanya masalah makanan, tapi juga masalah-masalah etika, perbuatan lainnya. Hendaknya kita juga perlu mengerti manfaat dan tujuaan dari apa yang kita lakukan agar semua yang kita lakukan boleh berkenan kepada Tuhan.

Masalahnya adalah tidak sedikit orang Kristen yang berbuat seenaknya dalam hidupnya, sehingga menjadi batu sandungan bagi saudara seiman yang lain:
-          Makan seenaknya
-          Gosip seenaknya
-          Ibadah seenaknya
Baca ayat 31-32