Total Tayangan Halaman

Senin, 03 Agustus 2015

“Komunikasi yang Membangun Kesatuan yang Kuat” Yakobus 3:1-12


Tujuan: Jemaat mengerti fungsi lidah (bicara) dan dampak yang dapat ditimbulkan. Jemaat termotivasi menggunakan kata-kata yang sehat dalam keluarga.

Syalom!!!
Dulu…ketika masih saya kecil, alm. Kakek saya suka bercerita/berdongeng kepada kami cucunya. Entah itu cerita kisah nyata, masa penjajahan, atau juga cerita buatan beliau sendiri. Nah salah satu ceritanya adalah ia menceritakan beberapa tukang yang sedang membuat sebuah bangunan. Awalnya pekerjaan mereka cukup lancar, bangunan itu mulai nampak terbentuk, mulai tinggi. Suatu hari, salah satu pekerja bangunan yang berada dibagian atas bangunan meminta palu pada temannya yang ada dibawah, ternyata temannya ngasih gergaji, ketika diminta gergaji temannya ngasih parang. Begitulah seterusnya, peristiwa itu berulang-ulang terjadi, sehingga membuat mereka emosi satu sama lain. Yang satu merasa tidak dihargai karena permintannya diabaikan, yang satu merasa bener karena apa yang dia kasih sesuai dengan yang diminta temannya. Akhirnya terjadi kekacauan diantara mereka dan tukang-tukang tersebut tidak jadi membangun bangunan tersebut.
Sangat disayangkan sekali, para tukang ini tidak bisa menyelesaikan pekerjaan mereka karena mereka tidak bisa mengerti maksud temannya dengan baik dan benar.

Beberapa waktu setelah cerita ini saya dengar dari kakek saya, saya kemudian mendengar kisah yang hampir sama namun beda versi di SM, yakni cerita tentang MENARA BABEL. Awalnya mereka adalah orang yang memiliki satu visi, satu bahasa, kemudian mereka berencana untuk membangun sebuah menara untuk kesombongan diri, belum juga bangunan itu selesai Allah memberi hukuman kepada mereka dengan cara mengacaukan bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti bahasa satu sama lain, sehingga mereka terpencar kemana-kemana.
Kisah menara Babel versi kakek saya dan versi Alkitab, mengingatkan kita satu hal, tentang betapa pentingnya komunikasi yang baik dalam satu komunitas atau juga dalam berelasi. Bahasa adalah alat yang dipakai untuk berkomunikasi. Jika bahasa yang disampaikan oleh tukang tadi kepada temannya bisa dimengerti oleh orang lain, maka pekerjaan mereka tidak akan berhenti, namun karena kegagalan dalam memahami maksud orang lain maka pekerjaan mereka tersebut tidak terselesaikan.
Prinsip yang sama dapat kita terapkan dalam berelasi dengan orang lain, teman, sahabat, pacar, dan terlebih-lebih dalam keluarga. Di dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia saling berkomunikasi satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap pihak. Di dalam pernikahan atau keluarga komunikasi juga merupakan hal terpenting dan menentukan pertumbuhan kehidupan pernikahan atau keluarga.

Menurut buku yang saya baca: berjudul
-    “Saving Your Marriage before it start” : bahwa Komunikasi adalah nyawa suatu pernikahan. 
-    “ The Mirages of Marriage” dikatakan bahwa komunikasi yang salah adalah salah satu penyebab terbesar pernikahan tidak bekerja dengan baik. 
Contoh:
-          Di social media itu dikatakan: jika wanita atau perempuan mengatakan “tidak ada apa-apa, terserah kamu aja, aku nggak apa-apa”, mending laki-laki pura-pura mati ditempat. Karena dibalik “tidak apa-apa” pasti ada apa2nya. Pengalaman membuktikan.

Contoh di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya komunikasi dalam pernikahan dan juga betapa pentingnya kepekaan terhadap komunikasi yang diterima. Hal ini sangat berpengurh terhadap jalannya sebuah rumah tangga. Hal senada juga di dikatakan oleh Ann Landers seorang penulis popupeler yang dikutip oleh sebuah buku, dia mengatakan “Hal yang penting di dalam suatu pernikahan adalah kemampuan untuk berkomunikasi. Kebanyakan persoalan dalam pernikahan berasal dari ketidakmampuan dua orang untuk berbicara satu terhadap yang lain. Jadi berhasil atau gagalnya komunikasi dalam pernikahan, sangat mempengaruhi keutuhan pernikahan tersebut. Yakub Susabda dalam buku panduan untuk membimbing pasangan-pasangan yang akan menikah yang berjudul “Konseling Pranikah”, mengatakan bahwa sebagai peta dan gambar Allah, manusia adalah makhluk social yang sejak lahir membina komunikasi dengan sesamanya untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya. Melalui komunikasi, manusia mengembangkan kepribadian, mengenal arti dari mempercayai, mengembangkan tanggung jawab, dan menikmati kedekatan dengan sesamanya. Hal ini menunjukan betapa pentingnya komunikasi tersebut.


Jika kita sudah mengerti betapa pentingnya komunikasi dalam sebuah relasi, pertanyaannya adalah KOMUNIKASI YANG SEPERTI APA yang harus kita praktekan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam keluarga.
Apa yang dikatakan oleh Alktiab??? Yakobus 3:1-12
Yakobus adalah satu-satunya kitab di Alkitab yang membahas masalah perkataan atau LIDAH secara panjang lebar.
-          1-5a: kekuatan hebat yang dimiliki oleh lidah
-          5b-8: pengaruh berbisa dari lidah yang jahat
-          9-12: penggunaan lidah dengan tidak berpendirian
Yakobus memberikan gambaran yang menarik tentang kekuatan yang dimiliki oleh lidah:

-          1-5a: kekuatan hebat yang dimiliki oleh lidah
  1. Kuda dan kekangà orang-orang memberi kekang pada mulut kuda, sebab mereka tahu bahwa jika manusia bisa mengendalikan mulut kuda maka mereka dapat menguasai seluruh tubuhnya.
  2. Kapal dan kemudi à sebelum teknologi semakin canggih, penemuan mesin, kapal berlayar menggunakan tenaga angin  namun juga harus dikendalikan oleh kemudi yang sangat kecil yang ditaruh diburitan. Ukuran kemudi ini sangat kecil dibandingkan dengan kapalnya sendiri. Namun dengan kemudi yang kecil ini, nakhoda kapal dapat mengarahkan kapal, merubah haluan,  dapat mengendalikan sepenuhnya bada kapal yang besar.
Dari kedua contoh ini kita dapat melihat bahwa lidah atau perkataan yang kita katakan menentukan arah hidup kita. Hanya saja perlu dikekang ‘tuh lidah, kayak mulut kuda yang harus dikekang supaya dapat dikendalikan.
Pertanyaannya: mengapa perlu dikendalikan?????????

-          5b-8: pengaruh berbisa dari lidah yang jahat
Ternyata lidah bukan hanya sekedar mengarahkan hidup kita ke arah yang lebih baik, namun juga lidah memiliki pengaruh bisa yang jahat. Yakobus memberi perumpamaan:
-          Api dan hutanà kebakaran hutan sering sekali disebabkan oleh api yang kecil, bahkan putung rokok saja dapat mengakibatkan kebakaran hutan. Bisa menghanguskan berhektar-hektar hutan.
Lidah yang tidak dapat dikendalikan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal. Sepatah kata yang terlontar dapat mengakibatkan kepedihan dan luka pada orang lain. Tangan dapat membunuh dalam jarak dekat, tetapi lidah dapat membunuh dari jarak yang sangat jauh seperti anak panah.
Contoh:
-    Habibie (1988)à mengatakan “"small little red dot" (hanya setitik merah kecil)> hanya titik setitik kecil diantara malaysia dan Indonesia
-    Cita Citata à "Cantik masih tetap, harus dicantikin mukanye. Nggak kayak Papua!
-    Ketika orang tua memberi nasihat, terkadang anak mendumel dan berkata “ini keluarga sialan”, atau “andai saja saya tidak punya orang tua/ibu”
-    ketika anak tidak menyahut panggilan ayah atau ibunya, "kata-kata yang dikeluarkan adalah "kamu tuli?" atau kamu bisu"?
-    ketika anak memukul kawanya atau berulah, ucapan yang dikeluarka pasti : "nakal!" atau "bandel!"
-    Jika anaknya tidak mendapatkan nilai bagus dalam ujianya, kata-kata yang dihamburkan adalah,"Pemalas! Bodoh!
-    Dibanding-bandingkanà Si  A lebih pandai dari kamu!" bahkan kadang-kadang tanpa alasan yang jelas atau hanya karena sedikit kesalahan, orang tua sering melatah, mengucapkan kata-kata yang kasar dan kotor yang tidak sepatutnya keluar dari mulut orang yang ingin ditaati dan dimuliakan oleh anak-anaknya.

Penelitian mengatakan: sebenarnya kata-kata kasar "Bodoh, Tolol" itu sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan psikologis anak. Anak yang sering mendengar kata-kata kasar tersebut:
-          akan cenderung memiliki rasa percaya diri yang kurang(kurang PD dalam pergaulan),
-          selalu pesimis dalam melakukan suatu hal,
-          selalu merasa dirinya paling jelek,
-          yang paling buruk mungkin anak yang sering mendengar kata-kata kasar tersebut akan benar-benar menjadi anak yang bodoh, tolol!"
-          Perkembangan Intelegensi anak pun terhambat.

Menurut Hipnotherapis Klinis Dra. MTh. Widya Saraswati, CCH, CT, perkataan dari orangtua itu bisa langsung diserap pikiran bawah sadar yang bisa membuat anak menampilkan diri seperti yang diucapkan anaknya. "Pikiran bawah sadar itu sangat cerdas dan seperti anak kecil yang usianya di bawah delapan tahun. Dia (alam bawah sadar) tidak mengerti itu (pernyataan orangtua) merugikan. Jadi masuk ke alam bawah sadar tanpa dianalisa," anak akan menyimpan dibawah alam sadarnya apa yang dikatakan oleh orang tua. Dengan perkataan malas dan bodoh itu, lanjut Widya, masalah bisa muncul. Anak menjadi malas dan bodoh sesuai ucapan orangtua. "Anak tidak akan menganalisa apa yang disampaikan orangtuanya. Jika itu repetisi, terjadi berulang-ulang maka ia menjadi bodoh atau malas. Ia menampilkan diri sebagai orang yang bodoh," jelasnya. Ia menjelaskan, pernyataan itu akan sangat berpengaruh jika disampaikan figur otoritas seperti ibu. Namun bagaimana jika ibu juga mengatakan kata `rajin` atau `pintar`, pikiran alam bawah sadar itu akan melihat mana yang sering diungkapkan.

Jika kata bodoh, nakal sering dilontarkan kepada anak maka itu sudah tersimpan di dalam alam bawah sadarnya, kalau sudah menumpuk, maka suatu saat ketika ada pemicunya maka ia akan mengingat semua yang dikatakan oleh orang tua:
-    Ketika ia tidak bisa mengerjakan PR, tugas-tugas yang diberikan tidak bisa dikerjakan, nilainya kecil, teman dan guru disekolah mengatai dia bodoh, maka perlahan-lahan ingatan akan perkataan orang tua yang sering mengatai dia bodoh, tolol, maka perlahan-lahan juga ia mulai berkata kepada dirinya sendiri saya bodoh, saya ini memang bodoh, tuhkan nilainya anjlok lagi, tuh kan saya bodoh banget, benar kata papa mama saya, saya bodoh.
-    “ya,, udah lah, kan saya pemalas kata mama”
-    Teman saya bilang “Kenapa sih kalau guru, atau orang tua itu marah, kenapa kata-katanya kasar sekali, misalnya saya doain kamu kaya, saya sumpahin kamu jadi pintar.
Coba renungkan:
-          Mengapa sih kita memusuhi seseorang?
-          Mengapa banyak sekali terjadi perselisihan baik dikantor, keluarga, lingkungan, maupun gereja?
-          Mengapa ayah dan ibu bertengkar?
-          Mengapa anak-anak tidak menghormati orang tua?
-          Mengapa orang tua kecewa kepada anak?
Kemungkinan karena kita pernah mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Ingat bahwa lidah yang tidak dapa dikendalikan dapat mengacaukan hidup seseorang.


 Ay. 7, manusia berhasil menaklukkan buaya, ular, harimau, macan tutul,… segala binatang buas, hanya satu yang belum dia taklukkan: lidah. Jika lidah sudah tidak dapat dikendalikan dengan baik maka untuk meperbaikinya sangat sulit.
Ada 3 hal yang tidak dapat datang kembali:
-          Anak panah yang dilepaskan
-          Kata-kata yang diucapkan
-          Kesempatan yang hilang
Sebagai anak-anak Tuhan kita sudah seharunya bisa mengendalikan lidah kita, atau perkataan yang kita lontarkan, sehingga siapapun tidak tersakiti. Di ayat 9-12, Yakobus mengatakan dengan lidah kita memuji Tuhan, dan dengan lidah kita mengutuk manusia ciptaan Allah. Dalam tradisi Yahudi mereka berdoa 3 kali sehari dengan mengucapkan 18 doa, dan setiap kali nama Allah disebut, maka orang Yahudi menyahutnya dengan ucapan “Diberkatilah Dia!” Namun sering sekali mulut dan lidah mereka yang memuji Allah juga mengutuki manusia.
Bagi Yakobus, ini adalah hal yang tidak wajar. Dia memberikan perumpamaan:
-          Adakah satu sumber mata air bisa memancarkan ari tawar dan pahit?
-          Adalah pohon ara menghasilkan pohon zaitun?
-          Adakah pohon mangga menghasilkan durian? Tentu saja tidak.

Contoh:
-          Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias, dan ia juga rela mati bersama dengan Yesus, tetapi dengan lidah yang sama ia menyangkal Yesus dengan bersumpah dan mengutuk (Mat. 26:69-75)
-          Ada yang berbicara dalam suatu pertemuan dengan sikap murah hati TETAPI diluar menghancurkan reputasi orang lain dengan lidahnya yang penuh kebencian
Seharusnya hendaklah apa yang kita katakan itu mencerminkan diri kita sebagai orang yang sudah mengenal Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain dan keluarga. Saya juga masih terus belajar dengan hal ini. Karena terkadang memang lebih mudah untuk mengatakan hal-hal yang kita inginkan daripada apa yang Allah inginkan.

Kiranya Tuhan menolong kita menjadi orang yang berhati-hati, bertanggung jawab dan berbijaksana dalam berbicara. Mari kita berjanji di hadapan Tuhan: mulai hari ini kita mau mengendalikan lidah kita, mempersembahkan semua kata kata kita pada Tuhan, hanya mengatakan kata-kata yang penuh cinta kasih, bukan yang penuh kebencian, yang mendamaikan bukan yang memancing permusuhan, yang membangun bukan yang menjatuhkan, yang benar bukan yang sesat, yang suci bukan yang najis.