Total Tayangan Halaman

Selasa, 22 Maret 2016

Bolehkah memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala?




(Kel. 34:15-17, Kis. 19-21, dan I Korintus 8, 10:23-33)

Syalom…!!!
Jika di hadapan saudara terhidangkan makanan-makanan yang keliatannya enak, menarik perhatian, apa yang akan saudara lakukan? Bagaimana jika makanan tersebut sebelumnya telah dipersembahkan kepada berhala? Apakah saudara mau memakannya?
Tradisi agama-agama lain dalam mempersembahkan sesajen:
-          Budha
-          Bali: Sesajen sederhana dipersembahkan setiap hari, sedangkan sesajen istimewa dipersiapkan untuk acara-acara keagamaaan tertentu. Contohnya, setelah makanan harian dipersiapkan, sedikit bagian dari makanan tersebut disisihkan untuk para dewa penghuni rumah sebelum keluarga mengkonsumsi makanannyat. Selain itu, para dewa juga disajikan canang kecil – tray daun kelapa yang diisi berbagai jenis bunga dan sirih sebagai simbol keramah-tamahan.
-          Orang jawa/kejawen: Walaupun para penduduk di Jawa sudah memeluk agama islam tapi kebanyakan dari mereka tidak bisa melepaskan diri dari tradisi sesajen. Mereka menganggap tra disi ini sangat penting. Bahkan sampai memunculkan kekhawatiran jika mereka tidak memberikan sesajen kepada roh halus. Anggapan jika roh halus akan mengamuk jika tidak diberi sesajen masih sangatlah kuat. Dan ini menjadi salah satu ciri bahwa budaya hindu – budha sangatlah melekat di hati orang jawa.
-          Kemudian makanan tersebut diyakini akan membawa rejeki, berkat, kedamaian dalam hidup orang yang memakannya?
Bagaimana sikap saudara, apakah mau memakannya atau tidak? Mungkin terkadang kita bingung. Bahkan ketika membaca penjelasannya dalam Alkitab kita juga bingung, misalnya:
-          Kis. 15:20 “tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.”
-          I Kor.10:27 “Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.”
Hari ini saya akan mengajak kita berfokus untuk merenungkan apakah sebenarnya kita boleh memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala atau tidak? Di dalam Alkitab, pendengar diajarkan untuk tidak memakan makanan yang sudah persembahkan kepada berhala: Kis.15:19-21.
Perikop ini berbicara mengenai hasil sidang di Yerusalem mengenai sikap terhadap orang-orang non Yahudi yang percaya Kristus. Jadi saat itu Injil semakin berkembang, dan orang yang bukan Yahudi pun percaya Injil. Sehingga saat itu menimbulkan masalah, karena dalam ketetapan atau perjanjian Allah dengan bangsa Israel ada beberapa hal yang perlu mereka lakukan/larangan:
-          Tidak boleh makan darah/ binatang yang masih ada darahnya karena itu adalah nyawa
-          Tidak boleh menajiskan diri dengan memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala
-          Tidak boleh memakan daging binatang yang dicekik (berarti tidak keluar darah)
-          Ada juga perjanjian sunat, setiap laki-laki Israel harus disunat
Ketetapan2 ini lah yang dipegang oleh bangsa Israel dan turun temurun dipegang teguh oleh orang Yahudi (ay 21). Sehingga ketika ada orang baru yang percaya kepada Kristus maka mereka harus menjalankan ketetapan2 tersebut. Jadi ketika ada orang non Yahudi yang percaya Yesus, maka jemaat atau orang Yahudi asli menuntut mereka untuk mengikuti segala peraturan agama Yahudi. Misalnya harus sunat, tidak boleh makan darah, tidak boleh makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala.  Namun ada beberapa hal, dimana para Rasul menentang hal tersebut, karena apa yang pernah Allah janjikan kepada nenek moyang Yahudi, telah tergenapi di dalam Kristus. Keselamatan bukan karena menjalankan tradisi tetapi karena kasih karunia Tuhan, misalnya tidak perlu sunat. Namun, Yakobus juga memberikan beberapa tambahan kepada mereka yang baru percaya dan bukan orang Yahudi asli:
-          menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala
-          percabulan
-          dari daging binatang yang mati dicekik
-          dan dari darah

Maksud Yakobus memberikan ke-empat hal ini adalah erat kaitannya dengan masalah sosial atau masalah pergaulan dalam komunitas orang Kristen Yahudi dengan orang Kristen non Yahudi. Keempat bagian hal yang disebutkan oleh Yakobus adalah 4 hal yang sangat dibenci oleh orang Yahudi, hal ini biasanya menjijikan bagi mereka. Ini bukan peraturan baru, tapi sudah menjadi tradisi dan ajaran Musa (21). Orang Kristen Yahudi yang baru percaya tidak mengetahui hal ini, terkadang mereka masih cerobah. Oleh sebab itu Yakobus mengingatkan mereka supaya tidak terjadi perasaan yang menyebabkan benci dan kesal khususnya dari orang Yahudi. Orang-orang Yahudi Kristen membutuhkan suatu proses untuk bisa mengerti dan menerima bahwa aturan Taurat itu sudah dihapuskan. Sebelum hal ini bisa terjadi, mereka tetap akan jijik terhadap orang-orang yang makan hal-hal tersebut. Supaya ada hubungan yang baik antara Yahudi dan non Yahudi, maka orang non Yahudi sebaiknya tidak makan apa yang menjijikkan bagi orang Yahudi. 

Bagaimana dengan jemaat Tuhan setelah mendengarkan penjelasan di Kisah Rasul ini?
-          Apakah mau memakan makanan yang ada darahnya à sushi, makanan setengah matang
-          Misalnya, pas ada Imlek & anda diundang makan oleh tuan rumah yg keluarganya belum percaya Yesus, lalu mereka menyajikan makanan2 dari persembahan berhala, apakah saudara mau memakannya? Kalau nggak dimakan, nggak enak sama tuan rumahnya, ntar sakit hati. Tapi kalau dimakan, kan sudah dipersembahkan kepada berhala?
-          Daging korban idul adha agama lain, halal nggak ya? Kemarin waktu idul adha, mbak diasrama masak daging korban, dan kita makan-makan aja sih, yang penting enak dan tidak bau amis masaknya J
-          Tapi kalo lagi makan makannan itu, tiba-tiba ada saudara seiman kita yang tidak setuju, ngoceh gak karuan "Kamu gila ya ..., Jangan dimakan dunk, itu kan makanan persembahan berhala". Bagaimana?

Kegalauan ini dialami oleh satu jemaat yang dilayani oleh para rasul, yaitu Jemaat Korintus. I Korintus 10:23-33.

Surat I Korintus adalah suatu instruksi penggembalaan dari Paulus kepada satu gereja di pertengahan abad pertama sesudah Masehi/ after Christ. Gereja ini sedang menghadapi beberapa masalah khususnya yang mengancam kesatuan gereja. Kota Korintus sendiri merupakan kota yang multikultur. Ada dibawah kekuasaan Romawi. Di kota ini banyak sekali terdapat kuil-kuil untuk dewa-dewi mereka, dan juga ada gereja-gereja untuk komunitas orang Kristen. Di dalam kota tersebut selalu diadakan pesta keagamaan, dimana biasanya mereka akan mempersembahkan binatang sebagai kurban. Daging tersebut akan mereka makan bersama sebagai tanda penghormatan kepada dewa-dewi mereka, tapi sebagian lagi mereka jual di pasar. Nah…daging yang dijual dipasar ini, yang sebelumnya telah dipersembahkan kepada berhala, merupakan salah satu konflik yang terjadi di jemaat Korintus, “Apakah kita boleh memakan daging tersebut?” Sehingga hal ini menjadi salah satu alasan Paulus menulis perikop yang sudah kita bacakan tadi.
I.                    bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan
Prinsip yang harus kita ingat dalam bacaan ini adalah bahwa jemaat ini adalah orang Kristen. Satu hal yang Paulus tekankan kepada mereka ketika ia berkata bahwa “kita boleh memakan makanan tersebut”, adalah bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan. Orang Kristen tidak harus seperti orang Yahudi yang memastikan bahwa daging itu berasal dari binatang yang telah dibunuh secara benar atau bahwa makanan itu tidak ada kaitannya dengan penyembahan kafir. Orang Kristen adalah orang yang sudah dibebaskan, orang yang sudah dimerdekakan, jadi tidak lagi bergantung kepada masalah tersebut. Apa yang berasal dari Tuhan sang Pencipta itu adalah baik adanya. Sehingga Paulus mengatakan:
-          Ayat 25: boleh memakan segala sesuatu yang dijual dipasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan.
-          Bagaimana jika seorang yang tidak percaya mengundang anda makan dirumahnya? Paulus mengatakan “makanlah apa yang dihidangkan kepadamu tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan hati nurani (27). Tentu akan menimbulkan keadaan yang memalukan atau bahkan mengganggu tuan rumah apabila tamunya yang kristen itu melontarinya dengan pertanyaan2 tentang asal-usul makanan yang terletak dimejanya itu. Nikmatilah makanan itu kata Paulus dan jangan bertanya-tanya tentang asal-usul makanan tersebut (kecuali anda kolestrol, ya…ingat kesehatan dan umur J).
-          1Kor 8:8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."

Tapi kalo lagi asyik makan makannan itu, tiba-tiba ada orang Kristen yang tidak setuju, lalu ngomel-ngomel & ngoceh gak karuan "Kamu gila ya ..., Jangan dimakan dunk, itu kan makanan persembahan berhala". Apa yang harus kita lakukan?

II.                  Pertimbangan hati nurani
-          1Kor. 10:28 Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.
Inilah yang harus menjadi bahan pertimbangan kita sebagai orang Kristen:
-          10:23-24: utamakan kesatuan komunitas. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.” Daripada terpecah belah gara-gara makanan, mending tidak usah makan.
-          8:9 “Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” Paulus menekankan jangan sampai pengetahuan dan kebebasan yang kita miliki mejadi batu sandungan bagi saudara kita yang lain, yang masih lemah imannya.
-          10:32 “Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.

Bapak ibu saudara sekalian… hal ini juga menjadi prinsip kebenaran bagi kita semua ketika kita bertindak dalam hidup ini, bukan hanya masalah makanan, tapi juga masalah-masalah etika, perbuatan lainnya. Hendaknya kita juga perlu mengerti manfaat dan tujuaan dari apa yang kita lakukan agar semua yang kita lakukan boleh berkenan kepada Tuhan.

Masalahnya adalah tidak sedikit orang Kristen yang berbuat seenaknya dalam hidupnya, sehingga menjadi batu sandungan bagi saudara seiman yang lain:
-          Makan seenaknya
-          Gosip seenaknya
-          Ibadah seenaknya
Baca ayat 31-32

Senin, 03 Agustus 2015

“Komunikasi yang Membangun Kesatuan yang Kuat” Yakobus 3:1-12


Tujuan: Jemaat mengerti fungsi lidah (bicara) dan dampak yang dapat ditimbulkan. Jemaat termotivasi menggunakan kata-kata yang sehat dalam keluarga.

Syalom!!!
Dulu…ketika masih saya kecil, alm. Kakek saya suka bercerita/berdongeng kepada kami cucunya. Entah itu cerita kisah nyata, masa penjajahan, atau juga cerita buatan beliau sendiri. Nah salah satu ceritanya adalah ia menceritakan beberapa tukang yang sedang membuat sebuah bangunan. Awalnya pekerjaan mereka cukup lancar, bangunan itu mulai nampak terbentuk, mulai tinggi. Suatu hari, salah satu pekerja bangunan yang berada dibagian atas bangunan meminta palu pada temannya yang ada dibawah, ternyata temannya ngasih gergaji, ketika diminta gergaji temannya ngasih parang. Begitulah seterusnya, peristiwa itu berulang-ulang terjadi, sehingga membuat mereka emosi satu sama lain. Yang satu merasa tidak dihargai karena permintannya diabaikan, yang satu merasa bener karena apa yang dia kasih sesuai dengan yang diminta temannya. Akhirnya terjadi kekacauan diantara mereka dan tukang-tukang tersebut tidak jadi membangun bangunan tersebut.
Sangat disayangkan sekali, para tukang ini tidak bisa menyelesaikan pekerjaan mereka karena mereka tidak bisa mengerti maksud temannya dengan baik dan benar.

Beberapa waktu setelah cerita ini saya dengar dari kakek saya, saya kemudian mendengar kisah yang hampir sama namun beda versi di SM, yakni cerita tentang MENARA BABEL. Awalnya mereka adalah orang yang memiliki satu visi, satu bahasa, kemudian mereka berencana untuk membangun sebuah menara untuk kesombongan diri, belum juga bangunan itu selesai Allah memberi hukuman kepada mereka dengan cara mengacaukan bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti bahasa satu sama lain, sehingga mereka terpencar kemana-kemana.
Kisah menara Babel versi kakek saya dan versi Alkitab, mengingatkan kita satu hal, tentang betapa pentingnya komunikasi yang baik dalam satu komunitas atau juga dalam berelasi. Bahasa adalah alat yang dipakai untuk berkomunikasi. Jika bahasa yang disampaikan oleh tukang tadi kepada temannya bisa dimengerti oleh orang lain, maka pekerjaan mereka tidak akan berhenti, namun karena kegagalan dalam memahami maksud orang lain maka pekerjaan mereka tersebut tidak terselesaikan.
Prinsip yang sama dapat kita terapkan dalam berelasi dengan orang lain, teman, sahabat, pacar, dan terlebih-lebih dalam keluarga. Di dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia saling berkomunikasi satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap pihak. Di dalam pernikahan atau keluarga komunikasi juga merupakan hal terpenting dan menentukan pertumbuhan kehidupan pernikahan atau keluarga.

Menurut buku yang saya baca: berjudul
-    “Saving Your Marriage before it start” : bahwa Komunikasi adalah nyawa suatu pernikahan. 
-    “ The Mirages of Marriage” dikatakan bahwa komunikasi yang salah adalah salah satu penyebab terbesar pernikahan tidak bekerja dengan baik. 
Contoh:
-          Di social media itu dikatakan: jika wanita atau perempuan mengatakan “tidak ada apa-apa, terserah kamu aja, aku nggak apa-apa”, mending laki-laki pura-pura mati ditempat. Karena dibalik “tidak apa-apa” pasti ada apa2nya. Pengalaman membuktikan.

Contoh di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya komunikasi dalam pernikahan dan juga betapa pentingnya kepekaan terhadap komunikasi yang diterima. Hal ini sangat berpengurh terhadap jalannya sebuah rumah tangga. Hal senada juga di dikatakan oleh Ann Landers seorang penulis popupeler yang dikutip oleh sebuah buku, dia mengatakan “Hal yang penting di dalam suatu pernikahan adalah kemampuan untuk berkomunikasi. Kebanyakan persoalan dalam pernikahan berasal dari ketidakmampuan dua orang untuk berbicara satu terhadap yang lain. Jadi berhasil atau gagalnya komunikasi dalam pernikahan, sangat mempengaruhi keutuhan pernikahan tersebut. Yakub Susabda dalam buku panduan untuk membimbing pasangan-pasangan yang akan menikah yang berjudul “Konseling Pranikah”, mengatakan bahwa sebagai peta dan gambar Allah, manusia adalah makhluk social yang sejak lahir membina komunikasi dengan sesamanya untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya. Melalui komunikasi, manusia mengembangkan kepribadian, mengenal arti dari mempercayai, mengembangkan tanggung jawab, dan menikmati kedekatan dengan sesamanya. Hal ini menunjukan betapa pentingnya komunikasi tersebut.


Jika kita sudah mengerti betapa pentingnya komunikasi dalam sebuah relasi, pertanyaannya adalah KOMUNIKASI YANG SEPERTI APA yang harus kita praktekan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam keluarga.
Apa yang dikatakan oleh Alktiab??? Yakobus 3:1-12
Yakobus adalah satu-satunya kitab di Alkitab yang membahas masalah perkataan atau LIDAH secara panjang lebar.
-          1-5a: kekuatan hebat yang dimiliki oleh lidah
-          5b-8: pengaruh berbisa dari lidah yang jahat
-          9-12: penggunaan lidah dengan tidak berpendirian
Yakobus memberikan gambaran yang menarik tentang kekuatan yang dimiliki oleh lidah:

-          1-5a: kekuatan hebat yang dimiliki oleh lidah
  1. Kuda dan kekangà orang-orang memberi kekang pada mulut kuda, sebab mereka tahu bahwa jika manusia bisa mengendalikan mulut kuda maka mereka dapat menguasai seluruh tubuhnya.
  2. Kapal dan kemudi à sebelum teknologi semakin canggih, penemuan mesin, kapal berlayar menggunakan tenaga angin  namun juga harus dikendalikan oleh kemudi yang sangat kecil yang ditaruh diburitan. Ukuran kemudi ini sangat kecil dibandingkan dengan kapalnya sendiri. Namun dengan kemudi yang kecil ini, nakhoda kapal dapat mengarahkan kapal, merubah haluan,  dapat mengendalikan sepenuhnya bada kapal yang besar.
Dari kedua contoh ini kita dapat melihat bahwa lidah atau perkataan yang kita katakan menentukan arah hidup kita. Hanya saja perlu dikekang ‘tuh lidah, kayak mulut kuda yang harus dikekang supaya dapat dikendalikan.
Pertanyaannya: mengapa perlu dikendalikan?????????

-          5b-8: pengaruh berbisa dari lidah yang jahat
Ternyata lidah bukan hanya sekedar mengarahkan hidup kita ke arah yang lebih baik, namun juga lidah memiliki pengaruh bisa yang jahat. Yakobus memberi perumpamaan:
-          Api dan hutanà kebakaran hutan sering sekali disebabkan oleh api yang kecil, bahkan putung rokok saja dapat mengakibatkan kebakaran hutan. Bisa menghanguskan berhektar-hektar hutan.
Lidah yang tidak dapat dikendalikan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal. Sepatah kata yang terlontar dapat mengakibatkan kepedihan dan luka pada orang lain. Tangan dapat membunuh dalam jarak dekat, tetapi lidah dapat membunuh dari jarak yang sangat jauh seperti anak panah.
Contoh:
-    Habibie (1988)à mengatakan “"small little red dot" (hanya setitik merah kecil)> hanya titik setitik kecil diantara malaysia dan Indonesia
-    Cita Citata à "Cantik masih tetap, harus dicantikin mukanye. Nggak kayak Papua!
-    Ketika orang tua memberi nasihat, terkadang anak mendumel dan berkata “ini keluarga sialan”, atau “andai saja saya tidak punya orang tua/ibu”
-    ketika anak tidak menyahut panggilan ayah atau ibunya, "kata-kata yang dikeluarkan adalah "kamu tuli?" atau kamu bisu"?
-    ketika anak memukul kawanya atau berulah, ucapan yang dikeluarka pasti : "nakal!" atau "bandel!"
-    Jika anaknya tidak mendapatkan nilai bagus dalam ujianya, kata-kata yang dihamburkan adalah,"Pemalas! Bodoh!
-    Dibanding-bandingkanà Si  A lebih pandai dari kamu!" bahkan kadang-kadang tanpa alasan yang jelas atau hanya karena sedikit kesalahan, orang tua sering melatah, mengucapkan kata-kata yang kasar dan kotor yang tidak sepatutnya keluar dari mulut orang yang ingin ditaati dan dimuliakan oleh anak-anaknya.

Penelitian mengatakan: sebenarnya kata-kata kasar "Bodoh, Tolol" itu sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan psikologis anak. Anak yang sering mendengar kata-kata kasar tersebut:
-          akan cenderung memiliki rasa percaya diri yang kurang(kurang PD dalam pergaulan),
-          selalu pesimis dalam melakukan suatu hal,
-          selalu merasa dirinya paling jelek,
-          yang paling buruk mungkin anak yang sering mendengar kata-kata kasar tersebut akan benar-benar menjadi anak yang bodoh, tolol!"
-          Perkembangan Intelegensi anak pun terhambat.

Menurut Hipnotherapis Klinis Dra. MTh. Widya Saraswati, CCH, CT, perkataan dari orangtua itu bisa langsung diserap pikiran bawah sadar yang bisa membuat anak menampilkan diri seperti yang diucapkan anaknya. "Pikiran bawah sadar itu sangat cerdas dan seperti anak kecil yang usianya di bawah delapan tahun. Dia (alam bawah sadar) tidak mengerti itu (pernyataan orangtua) merugikan. Jadi masuk ke alam bawah sadar tanpa dianalisa," anak akan menyimpan dibawah alam sadarnya apa yang dikatakan oleh orang tua. Dengan perkataan malas dan bodoh itu, lanjut Widya, masalah bisa muncul. Anak menjadi malas dan bodoh sesuai ucapan orangtua. "Anak tidak akan menganalisa apa yang disampaikan orangtuanya. Jika itu repetisi, terjadi berulang-ulang maka ia menjadi bodoh atau malas. Ia menampilkan diri sebagai orang yang bodoh," jelasnya. Ia menjelaskan, pernyataan itu akan sangat berpengaruh jika disampaikan figur otoritas seperti ibu. Namun bagaimana jika ibu juga mengatakan kata `rajin` atau `pintar`, pikiran alam bawah sadar itu akan melihat mana yang sering diungkapkan.

Jika kata bodoh, nakal sering dilontarkan kepada anak maka itu sudah tersimpan di dalam alam bawah sadarnya, kalau sudah menumpuk, maka suatu saat ketika ada pemicunya maka ia akan mengingat semua yang dikatakan oleh orang tua:
-    Ketika ia tidak bisa mengerjakan PR, tugas-tugas yang diberikan tidak bisa dikerjakan, nilainya kecil, teman dan guru disekolah mengatai dia bodoh, maka perlahan-lahan ingatan akan perkataan orang tua yang sering mengatai dia bodoh, tolol, maka perlahan-lahan juga ia mulai berkata kepada dirinya sendiri saya bodoh, saya ini memang bodoh, tuhkan nilainya anjlok lagi, tuh kan saya bodoh banget, benar kata papa mama saya, saya bodoh.
-    “ya,, udah lah, kan saya pemalas kata mama”
-    Teman saya bilang “Kenapa sih kalau guru, atau orang tua itu marah, kenapa kata-katanya kasar sekali, misalnya saya doain kamu kaya, saya sumpahin kamu jadi pintar.
Coba renungkan:
-          Mengapa sih kita memusuhi seseorang?
-          Mengapa banyak sekali terjadi perselisihan baik dikantor, keluarga, lingkungan, maupun gereja?
-          Mengapa ayah dan ibu bertengkar?
-          Mengapa anak-anak tidak menghormati orang tua?
-          Mengapa orang tua kecewa kepada anak?
Kemungkinan karena kita pernah mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Ingat bahwa lidah yang tidak dapa dikendalikan dapat mengacaukan hidup seseorang.


 Ay. 7, manusia berhasil menaklukkan buaya, ular, harimau, macan tutul,… segala binatang buas, hanya satu yang belum dia taklukkan: lidah. Jika lidah sudah tidak dapat dikendalikan dengan baik maka untuk meperbaikinya sangat sulit.
Ada 3 hal yang tidak dapat datang kembali:
-          Anak panah yang dilepaskan
-          Kata-kata yang diucapkan
-          Kesempatan yang hilang
Sebagai anak-anak Tuhan kita sudah seharunya bisa mengendalikan lidah kita, atau perkataan yang kita lontarkan, sehingga siapapun tidak tersakiti. Di ayat 9-12, Yakobus mengatakan dengan lidah kita memuji Tuhan, dan dengan lidah kita mengutuk manusia ciptaan Allah. Dalam tradisi Yahudi mereka berdoa 3 kali sehari dengan mengucapkan 18 doa, dan setiap kali nama Allah disebut, maka orang Yahudi menyahutnya dengan ucapan “Diberkatilah Dia!” Namun sering sekali mulut dan lidah mereka yang memuji Allah juga mengutuki manusia.
Bagi Yakobus, ini adalah hal yang tidak wajar. Dia memberikan perumpamaan:
-          Adakah satu sumber mata air bisa memancarkan ari tawar dan pahit?
-          Adalah pohon ara menghasilkan pohon zaitun?
-          Adakah pohon mangga menghasilkan durian? Tentu saja tidak.

Contoh:
-          Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias, dan ia juga rela mati bersama dengan Yesus, tetapi dengan lidah yang sama ia menyangkal Yesus dengan bersumpah dan mengutuk (Mat. 26:69-75)
-          Ada yang berbicara dalam suatu pertemuan dengan sikap murah hati TETAPI diluar menghancurkan reputasi orang lain dengan lidahnya yang penuh kebencian
Seharusnya hendaklah apa yang kita katakan itu mencerminkan diri kita sebagai orang yang sudah mengenal Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain dan keluarga. Saya juga masih terus belajar dengan hal ini. Karena terkadang memang lebih mudah untuk mengatakan hal-hal yang kita inginkan daripada apa yang Allah inginkan.

Kiranya Tuhan menolong kita menjadi orang yang berhati-hati, bertanggung jawab dan berbijaksana dalam berbicara. Mari kita berjanji di hadapan Tuhan: mulai hari ini kita mau mengendalikan lidah kita, mempersembahkan semua kata kata kita pada Tuhan, hanya mengatakan kata-kata yang penuh cinta kasih, bukan yang penuh kebencian, yang mendamaikan bukan yang memancing permusuhan, yang membangun bukan yang menjatuhkan, yang benar bukan yang sesat, yang suci bukan yang najis.


Rabu, 29 Juli 2015

Find My Divine Purpose

Intro:

Bangkit Dari Antara Orang Mati

Intro:

Allah adalah Terang

Intro:

Allah adalah Kasih

Intro:

Adam dan Kristus (Penghancur dan Penyelamat) Roma 5:12-21







 

Salom………….!

Get Attention

Touch Need

Subject

Roma 5:12-21
12-15     : Penghancuran yang dilakukan oleh Adam dan  Penyemalatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus
Adam dan Yesus Kristus merupakan dua pribadi yang berbeda, walaupun mereka ini sama-sama menjadi satu penyebab dari segala sesuatu.
-          Adam: Ia menjadi penyebab kerusakan ciptaan Allah. Adamlah yang membawa dosa ke dalam dunia ini atas pelanggarannya.
-          Yesus Kristus: Tindakan yang dilakukan oleh Yesus berbeda dengan apa yang Adam lakukan. Tindakan yang dilakukan oleh Yesus adalah Ia mati untuk dosa-dosa kita. Sehingga pada akhirnya Allah memberikan hidup yang kekal kepada banyak orang, kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Namun yang menjadi pertanyaannya adalah: “Bagaimana mungkin kehidupan satu orang dapat berdampak bagi kehidupan semua orang?” Mengapa satu dosa Adam bisa menjadi dosa bagi semua orang? Dan mengapa Yesus Kristus yang seorang dapat menyelamatkan semua manusia? Hal inilah yang sering dipertanyakan oleh orang-orang. Mereka berkata: “Mana mungkin satu orang bisa menyelamatkan semua?”

Pada dasarnya Allah melihat manusia secara menyeluruh, artinya tidak melihat individu tapi Allah melihat umat-Nya sebagai satu kesatuan besar, yaitu sebagai satu suku, satu keluarga, atau satu bangsa. Sehingga kesalahan satu orang dianggap sebagai kesalahan untuk semua orang.

Dan itu sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita, karena kita juga sering menjumpainya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya:
-          Perkelahian pelajar: Mengapa terjadi perkelahian/tawuran antara pelajar di sekolah? Murid-murid di sekolah A berkelahi melawan murid di sekolah B. Mengapa? Setelah di usut oleh pihak yang berwajib, ternyata cuma gara-gara hal yang sepele. Gara-garanya karena ……
Rasa kesetia kawananitu tidak selamanya benar, jika tidak diletakan pada tempat yang semestinya.
16-20     :Perbandingan
Ayat
Adam
Yesus Kristus

Perbuatan
Akibat
Perbuatan
Akibat
15
Dosa
Banyak orang mati
Kasih Karunia
Banyak orang menerima karunia
16
Dosa
Penghakiman
Kasih karunia
Pembenaran
17
Dosa
Kematian berkuasa
Anugerah kebenaran
Banyak orang hidup dan berkuasa
18
Dosa
Semua orang dihukum
Satu tindakan benar
Pembenaran untuk semua orang
19
Satu orang tidak taat
Semua orang menjadi orang berdosa
Satu orang taat
Semua orang beroleh pembenaran

20-21     : Pemulihan
Tuhan Yesus melakukan pemulihan atas kehancuran yang disebabkan oleh  Adam.
-          Ayat 20: Dimana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah. Apakah kita harus semakin berbuat dosa banyak, supaya karunia Allah melimpah kepada kita? TIDAK. Hal ini menunjukkan bahwa, anugerah Allah kepada manusia lebih besar dari perbuatan-perbuatan dosa yang kita lakukan.  

Saat ini yang menjadi masalahnya adalah, kita hidup di dunia ini. Kita memang sudah menerima anugerah Allah bahkan kita sudah percaya kepada Allah, namun kita juga hidup di dalam natur dosa kita. Pelanggaran Adam. Kita tahu bahwa hidup ini adalah anugerah Allah. Sehingga kita ingin hidup benar di hadapan Tuhan, tapi terkadang tidak kuasa melawan dosa. Punya keinginan tapi tidak berdaya untuk melawan dosa.

-          Hari ini punya komitment untuk tidak menjelek-jelekan orang lain, eh…. Pas ketemu orang jelek, kita malah menjelekkannya.
-          Hari ini komitmen untuk tidak marah, eh….pas ada orang yang bikin kesal kita akhirnya marah.
-          Hari ini komitment untuk tidak bohong, eh ternyata ada peluang untuk berbohong
-          Hari ini komintment untuk tidak ngomel-ngomel, tapi gara-gara saluran air di rumah macet akhirnya ngomel juga.
-          Komitmen tidak irià tapi liat barang baru punya tetangga,,,,, akhirnya panas juga nih hati
-          Komitmen untuk tidak sombong

Dosa-dosa ini yang menghalangi kita untuk hidup seperti yang Tuhan inginkan. Ini adalah kelemahan kita, yang menghalangi kita untuk hidup lebih baik dalam anugerah Allah.

Hampir setiap hari kita diperhadapkan bukan dengan hal2 seperti itu? Pertanyaannya adalah: Apa yang harus saya lakukan?
I.        Belajar untuk mengenali kelemahan sendiri
Saudara-saudara….. setiap manusia memilki kelemahan di dalam dirinya. Entah itu kesembongan, iri hati, amarah. Hal-hal sperti ini yang sering membuat kita gagal melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Satu peribahasa yang bunyinya kurang lebih begini “batu besar tidak akan membuat kamu jatuh, tapi kerikil kecil dapat membuat kamu jatuh bahkan terluka”. Mengenali kelemahan diri sendiri bukanlah hal yang mudah apa lagi merubahnya bukanlah hal yang mudah. Atau mungkin ketika kita menerima Tuhan Yesus dalam hidup kita, kita berpikir bahwa kita telah terbebas dari kelemahan kita tersbut. Namun bagaimana ketika ada pemicunya, apakah kita sudah selalu siap sedia? Kelamahan-kelemahan ini yang terkadang membuat kita gagal dalam melakukan firman Tuhan, walaupun sebenarnya kita tahu firman tersebut.
Sering sekali kelemahan ini kita lupakan dan berpikir bahwa kita semua sudah beres, sudah beres. Kita lupa bahwa natur dosa Adam masih ada di dalam diri kita. Untuk kita harus belajar untuk mengenali apa saja kelemahan yang ada di dalam diri kita. TUJUANNYA: supaya kita lebih mawas diri.
Suatu saat, setelah seorang pendeta muda selesai berkhotbah di sebuah SMU Kristus. Ia didatangi oleh salah seorang siswa dari sekolah tersebut. Dengan wajah sedih dan kusut ia berkata “Pak, setelah mendengar khotbah bapak hati saya terdorong untuk minta didoakan, selama ini saya merasa selalu diikuti oleh roh nyontek.” Pendeta bertanya “kenapa begitu”. Jawabnya, “Setiap ulangan, apapun mata pelajarannya, saya selalu menyontek. Dan dapat dikatan tidak ada satu ulanganpun yang saya jalani tanpa menyontek” dengan wajah merasa berdosa. Kemudian mereka mulai berdoa. Dengan penuh keyakinan pendeta ini menumpangkan tangan dan melakukan doa pelepasan.  Setelah doa tersebut, kini wajah anak itu menjadi ceria kembali dan yakin bahwa Tuhan sudah mengampuni dirinya.
Setelah lewat dua bulan, pendeta itu menelpon siswa tersebut (jangan tanya dari mana sang pendeta mendapat no telpon siswa tersebut). Pendeta bertanya apakah masih menyontek? Jawab anak itu “Puji Tuhan saya tidak menyontek lagi, pak”. Bangga dong. Kemudian setelah lewat beberapa bulan, pendeta nelpon lagi, “gimana masih nyontek lagi?” Jawabannya “puji Tuhan saya tidak menyontek lagi”. Bulan berikutnya, pendeta menelpon siswa tersebut, dan ia masih mendapatkan jawaban yang sama bahwa anak itu tidak pernah menyontek lagi.
Akhirnya bulan keempat pendeta tersebut mendapat jadwal untuk berkhotbah kembali di sekolah tersebut. Kemudian ia bertemu dengan siswa yang selama ini ia bimbing namun wajah anak itu kusut dan sedih. Pendeta bertanya kenapa, ternyata dia jatuh lagi dalam dosa menyontek seperti dulu lagi.
Pendetanya terkejut “lho…. Kok bisa bukankah kamu bilang sudah tidak menyontek lagi, bahkan sudah hampir empat bulan kamu telah dilepaskan dari roh nyontek?” Anak itu menjawab “Iya pak…. Tapi kan selama empat bulan itu saya tidak ada ulangan!!! J
Tidak jauh beda dengan kita bukan? Berpikir selama ini baik-baik saja dan sudah beres karena memang terkondisikan begitu. Masih biasa2 saja, belum ada ulangan, sehingga kita berpikir bahwa kita sudah berubah. Namun bagaimana ketika kondisi itu berubah, ada “ulangan” di depan mati? Ada pemicu didepan mata? Kemungkinan kita masih bisa “nyontek”, bisa jatuh dengan kelemahan kita. Ilstrasi siswa tersebut tadi, ia berpikir bahwa ia sudah tidak menyontek lagi, namun ternyata karena ia memang tidak sedang terkondisikan untuk nyontek alias tidak ada ulangan sehingga ia tidak nyontek
Kita jangan terbuai dengan anugerah Tuhan, sehingga mau hidup seenaknya saja, tapi kita juga ada tanggung jawab. Untuk itu mari kita belajar, kira2 saya punya kelamahan dimana? Apakah itu dikemarahn, iri hati, kesombongan, menggosipkan orang lain, dll.
II.      Belajar untuk membuat strategi bagaimana cara untuk mengatasinya
Setelah tau kelemahannya apa, maka sekarang kita harus membuat strategi untuk menghadapinya. Mulai menjaga diri.
-          Kira-kira saya biasanya marah2 saat apa ya?
-          Kira-kira saya biasanya menggosipkan orang lain kapan ya?
-          Kira-kira saya tidak peka dengan suara Tuhan kapan ya?
Mungkin setelah kita mengenal Tuhan Yesus, kita berpikir bahwa semuanya sudah beres. Namun ingat bagaimana ketika ada pemicunya?
-          Bagaimana ketika anda frustrasi karena pekerjaan?
-          Bagaimana ketika ada tetangga yang datang kerumah kita, dan membagikan bahan2 gosip? Apakah kita tidak ikut nimbrung?
-          Bagaimana ketika kita sibuk, apakah kita bisa sudah mengenal Tuhan?
Mungkin kalau keadaan yang kita alami biasa2 saja, aman sentosa, mungkin kita akan tetap baik2 saja, namun kita harus mengakui bahwa kita hidup di dunia ini dengan beraneka ragam bentuknya.
Bang Napi: waspadalah!!!! Kejahatan ada bukan karena ada niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan. Bapa ibu, sama halnya dengan kita. Kita tidak pernah berniat untuk marah. Tidak ada orang yang hari ini ketika ia bangun, ia berkata
-          “ok,,, hari ini saya akan marah”.
-          “ok… hari ini saya akan iri dengan tetangga saya”
-          “ok… hari ini saya akan jengkel dengan anak saya”
Namun semua akan bisa terjadi ketika ada KESEMPATAN untuk marah. Ada banyak hal disekitar yang dapat memicu kita untuk jatuh. Untuk itu mari mulai merenungkan bersama dengan Tuhan, kira-kira apa yang harus saya lakukan ketika:

kira-kira apa yang harus saya lakukan ketika:
-    Jalanan macet. Apakah saya harus keluar dari mobil dan teriak2 atau saya harus duduk manis dalam mobil dan berdoa kepada Tuhan.
-    Ketika teman punya barang baru. Apakah saya harus iri dan berusaha untuk memiliki apa yang ia punya atau lebih berfokus pada apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita.
-    Ketika ada tetangga yang datang dan menawarkan pokok2/bahan gossip. Apakah saya meladeninya atau sebaliknya saya akan menginjili dia.

Belajar menyadari kelemahan yang dimiliki merupakan sesuatu yang sangat penting, karena di saat kita tidak menyadarinya ia akan muncul kembali. (Bang napi…..!!!! J) Namun di dalam kesemuanya itu ada anugerah Tuhan buat kita. Meskipun kita gagal namun ia masih tetap membiarkan kita hidup di dunia ini, Tuhan tidak langsung menghajar kita dan menghukum kita. Namun ia masih memberikan kita anugerah untuk hidup. Untuk itu bersyukurlah dan jangan menyia-nyiakan anugerah Tuhan.