Introduction
Sekitar beberapa tahun yang lalu saya melayani di suatu
daerah yang cukup terpencil. Daerah yang kata orang cukup mengerikan. Maka saya
ingin membuktikan bahwa pernyataan orang lain tersebut adalah salah. Ada satu
pengalaman yang cukup membekas dalam ingatan saya sampai saat ini, mungkin
karena itu adalah pengalaman pertama setelah 2 minggu tiba didaerah tersebut.
Ini kami alami saat kami berdua pulang malam dari pelayanan di suatu distrik
yang jauh dari tempat kami tinggal, jaraknya dibatasi oleh hutan. Saat itu kami
sedang naik motor. Di tengah jalan, kamu melihat seorang laki-laki sedang
berbaring dipinggir jalan dengan balok yang cukup panjang di samping, yang
ditaruh melintang dijalan raya. Sebagai orang baru ditempat tersebut dan
ditambah dengan cerita-cerita yang mengerikan bahwa sering terjadi pembunuhan
di jalan tersebut membuat kami berdua lumayan merinding. Kami mulai berpikir
bagaimana kalau ia bangun terus begini-dan begitu. Mulai mengarang scenario criminal
dalam pemikiran kami. Apa lagi kami berdua masih muda, dan sangat tidak mau
mati muda. Kembali ke gereja bukan pilihan yang tepat, karena tidak lucu
seorang hamba Tuhan takut (biasanya kan begitu…. ).
Akhirnya kami memutuskan untuk tetap jalan, tancap
gas, apapun yang terjadi tidak apa-apa, kalaupun kita mati malam ini tidak apa
“kita mati sebagai misionaris muda” walaupun sebenarnya itu hanya dimulut saja,
menguatkan satu sama lain, padahal dalam hati sangat berbeda. Ketika kami
melewati orang tersebut, ternyata ia tidak bangun mungkin karena lagi mabuk
berat jadi dia tidak mendengarkan suara motor kami. Puji Tuhan selamat, Tuhan
masih baik. Tapi kemudian kami berpiki dan bertanya : “KALAU MISALNYA KITA MATI
DITANGAN ORANG TERSEBUT, PUJI TUHAN TIDAK YA? TUHAN MASIH TETAP BAIK NGGAK YA?”
Bpk/ibu/sdr sekalian bukankah kalimat yang sama yang sering
terlontar dari mulut kita ketika kita berhasil ke luar dari satu keadaan begitu
buruk. Tuhan masih tetap menyertai kita sehingga kita bisa bebas dari masalah
tersebut.
-
Puji Tuhan rumah saya tidak terbakar di antara
satu RT, kemudian kesaksian lagi di gereja.
-
Namun apakah masih tetap puji Tuhan dan mengakui
penyertaan Tuhan jika yang terjadi adalah hal yang tidak kita inginkan.
Kita
begitu antusias sekali terhadap pernyataan Tuhan dalam hidup kita. Kita menilai
bahwa inilah yang terpenting yang harus kita miliki sebagai orang kristen. Dan
kalau boleh jujur kita sering mengidentikannya dengan hal-hal yang positif saja
bukan. Tapi memang menyenangkan sekali ketika kita itu disertai oleh seseorang
yang lebih dari kita. Mungkin atasan kita, orang tua kita, ataupun orang-orang
yang kita kasihi. Dulu ketika saya belajar naik sepeda, kakak saya itu selalu
berkata begini “TIDAK APA-APA, KAYUH SAJA PEDAL SEPEDANYA JANGAN RAGU-RAGU, AKU
ADA DI SINI BEGO”, Dan ketika ia berkata demikian meskipun jidat saya jadi
korban, maka saya pun mulai mengayuh sepeda itu dengan lebih berani, karena
sekarang saya tahu bahwa ada kakak saya disamping saya yang beserta dengan
saya, sehingga saya tidak akan jatuh. Ada kepercayaan, ada ketenangan di sana.
Seharusnya penyertaan Tuhan lebih indah dari itu bukan.
Rasul Paulus melihat betapa pentingnya penyertaan
Tuhan bagi setiap umat Allah sehingga hampir disemua suratnya baik di awal
maupun di akhir ia selalu memberkati jemaat dengan frasa “KIRANYA TUHAN
MENYERTAI KAMU SEKALIAN”
-
Rom 1:7 Kepada kamu
sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan
dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera
dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.
-
1Cor. 16:23 Kasih
karunia Tuhan Yesus menyertai kamu.
Gideon juga menyadari bahwa
penyertaan Allah sangat penting dalam kehidupannya. Makanya ketika ia dipanggil
dan di suruh untuk pergi melawan orang Midian ia meminta tanda apakah Tuhan
benar-benar menyertainya atau tidak. Karena Gideon sangat sadar sekali bahwa,
tanpa penyertaan Tuhan dalam peperangan yang akan ia hadapi, ia tidak akan
berhasil.
Kita
percaya bahwa Tuhan itu selalu menyertai umat-Nya, tapi pertanyaannya adalah
apakah kita sebenarnya mau disertai oleh Tuhan? Jangan-jangan kita malah nggak
suka sebenarnya kalau Tuhan beserta? Atau kita juga malah mengkotak-kotakan
penyertaan Tuhan. Yang ini butuh penyertaan Tuhan dan yang ini tidak butuh
penyertaan Tuhan. Pergi pelayanan meminta penyertaan Tuhan, tapi pergi ke
indomaret di depan ini tidak meminta penyertaan Tuhan. Jangan-jangan kita
sebenarnya ada orang yang bisa melakukan apa saja dengan kekayaan dan kemampuan
yang kita miliki sehingga kita merasa bahwa penyertaan Tuhan belum kita
butuhkan untuk saat ini. Bahkan sebenarnya sesuatu yang biasa kita lakukan
kemungkinan besar membuat kita merasa tidak membutuhkan penyertaan Tuhan,
karena kita sudah biasa melakukannya dan ternyata kita berhasil terus. Atau
juga karena keadaannya sepertinya tidak begitu rumit sehingga kita merasa tidak
butuh-butuh amat penyertaan Tuhan.
Max
Lucado itu pernah berkata begini: Kita kalau sudah terbiasa naik pesawat, punya
pengalaman naik pesawat berulang-ulang, sudah mandiri, sudah bisa memasang
sabuk dengan baik, bahkan sudah bisa mengerti hal apa yang harus kita lakukan
jika dalam situasi darurat, maka kita itu tidak pernah meminta bantuan lagi
kepada para awak kapal karena kita sudah dewasa dan mandiri, sudah terbiasa.
Bahkan kitapun tidak mau mendengarkan instruksi pendaratan mendadak.
Sama
halnya dalam memahami penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Rutinitas yang
biasa kita lakukan membuat membuat kita mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan
penyertaan Tuhan dalam hidup ini.
Bagaimana
sebenarnya kita harus memahami penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita ini
sebagai orang yang mengaku percaya kepada Tuhan?
Subject
Mari kita sama-sama melihat satu kisah kehidupan umat Tuhan
yang dicatat dalam alkitab bagaimana Tuhan menyertai mereka, yaitu PERJALANAN
BANGSA ISRAEL DARI MESIR MENUJU TANAH KANAAN (KELUARAN 13:17-22). à buka alkitab ß Perikop ini menceritakan tentang bagaimana Tuhan
menyertai perjalanan bangsa Israel. Alkitab menceritakan kepada kita bahwa sejak bangsa Israel keluar dari
Mesir di bawah pimpinan Musa, TUHAN selalu menuntun umatNya, TUHAN menyertai
umatNya.
Keluaran 13:
20-21:
TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu” Jelas bahwa TUHAN menyertai mereka. Tidak ada orang yang meragukan hal ini. Tetapi apa yang terjadi dalam perjalanan mereka selanjutnya? Sejumlah besar persolan harus mereka hadapi.
TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu” Jelas bahwa TUHAN menyertai mereka. Tidak ada orang yang meragukan hal ini. Tetapi apa yang terjadi dalam perjalanan mereka selanjutnya? Sejumlah besar persolan harus mereka hadapi.
-
Baru
saja Tuhan selesai berjanji bahwa Ia akan menyertai mereka, mereka sudah di
kagetkan dengan orang Mesir yang mengejar mereka. 14:9-12. Apa yang kita
lakukan jika berada diposisi seperti mereka? Katanya menyertai?
-
Di
padang gurun tidak ada persediaan air, tidak ada makanan enak, berperang
melawan bangsa lain
-
Hal
ini membuat mereka hanya bersungut-sungut kepada Tuhan, bahkan mereka ingin
kembali ke Mesir karena mereka kangen dengan makanan di Mesir.
Apakah sungguh TUHAN masih menyertai mereka? Jika TUHAN masih menyertai
mereka mengapa pada faktanya mereka masih
mengalami persoalan? Jika TUHAN tidak lagi menyertai mereka
mengapa tiang awan dan tiang api masih ada di depan mereka juga?
Apa yang bangsa Israel pikirkan tentang penyertaan Allah?
-
Ternyata bangsa Israel melihat
penyertaan Allah identic dengan berkat atau kemenangan-kemenangan
-
Selalu menginginkan bukti penyertaan
Tuhan bagi mereka sesuai apa yang mereka inginkan
Ketika mereka tidak mendapatkan penyertaan Allah seperti
yang mereka inginkan, maka mulai timbul keraguan dari bangsa Israel, apakah
Tuhan yang mereka percayai ini benar-benar menyertai mereka atau tidak.
Hal yang sama ditanyakan oleh Gideon kepada Tuhan ketika
zaman hakim-hakim. Hak. 6:12-13 Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan
berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."
Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa
semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-yang ajaib
yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata:
Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN
membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian."
Pertanyaan yang mungkin sekali diajukan oleh banyak orang kristen khususnya
pada saat mereka mengalami persoalan yang luar biasa. Apakah TUHAN masih
menyertaiku? Apakah TUHAN masih memimpin hidupku? Jika ya, mengapa persoalan
hidup ini harus kuhadapi? Mengapa persoalan selalu datang silih berganti dalam
hidupku? Dan mereka menjadi frustrasi dan bersungut-sungut kepada TUHAN.
Apakah sebenarnya bangsa Israel
benar-benar mau di sertai oleh Tuhan? Kenyataannya tidak. Di dalam kehidupan mereka, mereka ingin hidup bebas
tanpa ada interfensi dari Allah. Dan puncaknya adalah ketika mereka meminta
seorang raja. Dan Tuhan berkata kepada Samuel: ”AKU-lah YANG MEREKA TOLAK”.
Mungkin setelah mendiami tanah perjanjian mereka merasa sudah tidak membutuhkan
Tuhan, yang mereka butuhkan adalah raja seperti bangsa asing lain. Layaknya
suatu bangsa, yakni memiliki pemimpin yang riil atau raja.
Dan mungkin ini juga masalah yang kita miliki sebagai orang kristen.
Perasaan yang sebenarnya tidak butuh-butuh amat penyertaan Tuhan. Toh, apa yang
saya inginkan saya bisa peroleh dengan kemampuan saya.
-
Ibarat seorang anak yang sudah dewasa yang tidak membutuhkan lagi orang
tuanya.
Namun yang luar biasanya adalah Allah tidak pernah meninggalkan bangsa
Israel, meskipun mereka mempertanyakan janji penyertaan-Nya atau bahkan ketika
mereka menolak penyertaan-Nya. Tabut sebagai lambang kehadiran Allah memang
telah hilang namun itu tidak menghilangkan penyertaan Tuhan bagi umat-Nya. Penulisan
kata IMMANUEL di awal Injil Matius merupakan sesuatu yang begitu penting,
dimana menunjukkan bahwa Allah tetap menyertai umat-Nya. Bahkah ketika Tuhan
Yesus naik ke sorga, Ia menegaskan kembali penyertaan Allah ini dengan berkata
”Aku menyertai engkau sampai kepada akhir zaman”.
Seberapa jauh kita sudah mengenal Allah yang kita sembah? Dan seberapa jauh
kita sudah merasa membutuhkan penyertaan Tuhan dalam hidup ini.
Kalau begitu bagaimana saya dapat menyadari penyertaan Tuhan dalam
kehidupan ku? Apa yang harus kita lakukan?
1.
Manusia adalah berdosa
Pertama-tama
kita harus menyadari bahwa setiap kita adalah manusia berdosa. Natur dosa itu
sudah ada dalam diri kita. Dosa membawa keterpisahan kepada Allah. Realita di
dalam alkitab mencatat bahwa terang dan gelap tidak mungkin bersatu. Sehingga
untuk merasakan penyertaan Tuhan itu adalah hal yang mustahil.
2.
Kita yang adalah manusia berdosa ini adalah objek dari penyertaan Allah.
Ternyata kita
manusia berdosa ini yang mustahil mendapatkan penyertaan Tuhan adalah objek
dari penyertaan Tuhan. Artinya bahwa di saat kita tidak bisa mendapatkan
penyertaan Tuhan dengan kondisi kita seperti itu, Tuhan malah memberikannya
kepada kita. Bukan karena kebaikan kita ataupun karena kelebihan kita. Di dalam
keberdosaan umat Allah di padang gurun, Ia pun tetap menyertai mereka. Dan di
dalam kesulitan hidup yang dialami oleh umat-Nya pun, Ia tetap ada di sana. Namun
bukan berarti bahwa jalan yang akan ditempuh lurus-lurus saja.
-
Tiang awan dan tiang api tetap ada
untuk menyertai bangsa Israel, tapi mereka masih bisa mengalami kehausan yang
luar biasa dan air yang mereka temui justru pahit? Mereka juga masih bisa
dikalahkan oleh musuh-musuh mereka.
-
Tuhan tetap menyertai Abraham, tetap
menyertai Daud meskipun pernah jatuh dalam dosa perjinahan dan pembunuhan,
tetap menyertai Rasul Petrus yang pernah menyangkal Tuhan. Dan aku yang berdosa
inipun, yang setiap hari berbuat dosa, tidak bisa menjadi panutan buat orang
lain, tidak jujur di tempat pekerjaan, tetap disertai oleh Tuhan.
-
Tapi kenapa saya masih bisa mengalami kesulitan?
-
Kehidupan Yusuf dapat menjadi salah satu contoh bagi kita. Firman Tuhan
mencatat bahwa Allah menyertai Yusuf. Tapi apa yang terjadi, Yusuf masih bisa
dibenci oleh saudara-saudaranya, Yusuf difitnah, bahkan terakhir dipenjara.
Tapi justru di dalam penjara itu ia semakin menyadari penyertaan Tuhan itu
dalam kehidupannya.
-
Bunda Teresa dalam Malam gelap
jiwanya ia mengatakan bahwa ia tidak merasakan kehadiran Allah, tapi
kemudian ia berkata bahwa justru dalam keadaan seperti itu Tuhan menolongnya.
-
Mungkin ada kalanya pun kita mengalami masa-masa gelap seperti itu. Sulit
melihat dan meyakini penyertaan Tuhan di masa-masa sulit tertentu. Mungkin
terkadang pun kita tidak konsisten untuk memahami dan mempercayai penyertaan
Tuhan dalam hidup ini. Bahkan membuat kita semakin bertanya-tanya tentang
penyertaan Tuhan dimana. Tapi Allah memakai perasaan-perasaan tersebut untuk
menolong dan menyertai kita.
3.
Kita harus memberikan respon
Setelah kita memahami
hal ini maka kita harus memberikan respon terhadap penyertaan Tuhan tersebut. Setelah
Allah menyatakan penyertaan-Nya kepada Gideon, maka tuntutan yang diberikan
kepada Gideon adalah ia harus mempercayai penyertaan Allah tersebut, dan
membuktikan kepercayaannya itu dengan maju merobohkan baal dan melawan musuh
Israel. Tidak ada waktu lagi bagi Gideon untuk menundanya.
Apakah kita
masih menunda untuk mengakui bahwa ’saya membutuhkan penyertaan Tuhan dalam
hidup ini?” Setelah kita tahu bahwa kita ini adalah orang berdosa namun tetap
disertai oleh Tuhan, apakah kita masih menunda untuk mengakuinya? Atau apakah
kita masih tetap mengaitkannya dengan berkat-berkat yang kita inginkan? Apakah
Tuhan harus memberikan kesulitan dulu baru kita merasa membutuhkan penyertaan
Tuhan? Atau apakah Tuhan harus terlebih dahulu membuka tingkap-tingkap langit
untuk mengakui bahwa itu adalah penyertaan Tuhan?
Ada sebuah anonim yang bunyinya begini:
Terkadang kita harus merasakan kesedihan
untuk bisa memahami arti sukacita, terkadang diuji dulu untuk memahami arti
iman, berseteru dulu untuk memahami kedamaian, dikhianati dulu untuk memahami
arti kepercayaan, kehilangan dulu untuk memahami arti cinta, mengalami keraguan
dulu untuk memahami arti harapan,
Apakah harus seperti itu? Kita harus menunggu dulu sampai kita mengalami
hal demikian? Memang ada kalanya seperti itu. Tapi apakah kita mau menunggu
dulu Allah mengambil apa yang ada pada kita, kita diperhadapkan dengan
kesulitan-kesulitan hidup, baru mau membutuhkan penyertaan Tuhan? Dan banyak orang yang kehilangan kesempatan
dalam hal itu.
Mengakui penyertaan Tuhan dalam hidup ini seharus membuat hidup ini menjadi
berbeda dari biasanya. Karena sekarang kita mulai melibatkan Tuhan dalam hidup
kita dan kita mulai berpikir ulang apakah yang kita lakukan sesuai dengan
kehendak-Nya atau tidak. Memang bukanlah hal yang mudah. Mungkin ada kalanya
kita berkomitmen untuk melakukannya, namun mungkin kita terkadang kita tidak
konsisten dengan komitmen tersebut sehingga membuat kita jatuh dalam hal-hal
yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kemudian kita berkomit lagi untuk
melakukannya, kemungkin untuk mengingkarinya masih ada. Dan inilah dinamika
kehidupan kita sebagai orang percaya. Dan saat itulah kita mulai merasakan
bagaiman Roh Kudus dalam diri kita sebagai orang percaya terus bekerja.
Pertanyaannya adalah: APAKAH KITA SUDAH BENAR-BENAR DEALING DENGAN ROH
KUDUS YANG ADA DALAM DIRI KITA?
Jalan
serta Yesus, jalan sertanya setiap hari
Jalan
serta Yesus, serta Yesus s’lamanya
Jalan2
suka, jalan2 susah
Jalan
sertaNya setiap hari
Jalan
serta Yesus serta Yesus s’lamanya
Marilah kita menghidupkan pujian yang biasa kita nyanyikan ini dalam
kehidupan kita sehari-hari.
puji Tuhan, saya merasa diberkati membaca artikel rohani ini, trimakasih TYM :)
BalasHapusPuji Tuhan, saya dapat pencerahan dari artikel rohani ini.
BalasHapusPuji Tuhan sy sangat diberkati dari firman Tuhan ini....
BalasHapus