JANGAN LELAH
(I Timotius 4:7-8)
Aku telah mengakhiri
pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara
iman.
Sekarang telah tersedia bagiku
mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil,
pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang
yang merindukan kedatangan-Nya.
Saudara….
Bentuk pelayanan apakah
yang sudah kita lakukan selama ini?
-
Liturgos?
-
Penerima tamu?
-
Musik?
-
Operator slide?
-
Anggota majelis?
-
Guru SM?
-
Pengurus remaja?
-
Pembuat jadwal pelayanan?
-
Pendoa syafaat?
-
Tim besuk?
Tidak terasa kita sudah
melakukannya sekian lama? Mungkin ada yang baru beberapa bulan, mungkin ada
yang sudah bertahun-tahun, mungkin ada yang udah setahun. Tidak terasa juga,
dalam masa-masa itu banyak hal yang sudah kita lewati.
Dan apakah selama kita melayani ini, apakah kita senang atau
tidak? Atau apakah kita merasa seperti orang yang salah pilih?
Ada kita menemui kelelahan? Capek melayani? Survey
membuktikan bahwa pada bulan-bulan pertama saja, seseorang itu begitu semangat
untuk melayani, tapi selanjutnya semangat itu mulai menurun, satu persatu mulai
memudar, dan akhirnya ogah-ogahan dalam melayani.
Pernah nggak sih kita merasa menyerah saja dengan pelayanan
ini? Capek. Ada banyak hal yang dapat membuat kita jenuh/lelah/atau down untuk
melayani:
-
Ketika apa yang kita harapkan dari pelayanan yang kita
lakukan, kita tidak mendapatkannya, maka kita mulai kecewa, sehingga tidak ada
semangat lagi untuk melayani.
Contohnya:
è Untuk dapat
pujian. Awalnya ingin melayani hanya untuk mendapatkan peujian dari orang lain,
eh ternyata pas dijalani, bukan pujian yang didadaptkan, malah kritikan terus.
Hal ini merebut semangat melayani kita.
è Mengharapkan
berkat Tuhan yang melimpah, kebahagiaan, tapi pas tidak didapatkan maka kita
mulai ngambek dan tidak mau melayani
-
Perbedaan pendapat. Karena kita melayani bersama
dengan orang-orang yang unik, maka ketika berpendapat juga pasti berbeda. Yang
satu mau ini, yang satunya lagi mau ini. Akhirnya, ya udahlah dari pada
berdebat terus,, mending nggak usah melayani, semangat melayani mulai hilang.
-
Kesibukan yang semakin bertambah
-
Orang-orang yang dilayani segitu-gitu aja, maka mulai
kehilangan fokus
-
Adanya rasa iri hati atas keberhasilan orang lain
-
Dan kalaupun kita begitu semangat untuk melayani,
apakah itu benar-benar tulus semangat untuk melayani atau tidak?
Di dalam
alkitab juga diceritakan tentang orang-orang yang di tengah jalan merasakan
kelelahan dalam pelayanan:
-
Yohanes Markus
-
Nabi Elia
-
Murid-murid Tuhan Yesus
-
Orang-orang banyak yang mengikut Yesus
-
Miryam, saudaranya Musa
Mereka ini
adalah tokoh-tokoh dalam Alkitab yang dicatat, mengalami kegamangan di tengah
mereka melayani Tuhan.
Nah, bapa
ibu saudara sekalian…
Jika hari
ini ditanyakan kepada kita “Apakah kita sudah mengerjakan pelayanan kita selama
ini dengan baik atau tidak?”, Apakah jawaban yang kita berikan?
Mungkin ada
yang berkata saya sih “Yes”, mungkin juga ada yang berkata “Saya sih no”. Yes
karena merasa sudah melakukan pelayanan dengan baik, dan bagi yang menjawab
“no” karena merasa belum melakukan pelayanan dengan baik.
Apapun itu
jawabannya, kenyataannya kita sering sekali berada dalam “KEKERINGAN ATAU
kelelahan di tengah pelayanan kita”. Sama seperti kehidupan para tokoh-tokoh
alkitab yang sudah saya jelaskan tadi. Ada satu masa kita berkata aku capek.
Kalau
begitu apakah yang harus “saya” lakukan di tengah keletihan tersebut?
I.
Tanyakanlah pada diri kita sendiri, hal apa yang
menyebabkan kita mengalami keletihan/hopeless di dalam pelayanan?
Banyak hal yang menyebabkan
keletihan dalam hidup ini. Banyak hal yang menyebabkan seseorang tidak semangat
lagi melayani:
-
Ketika apa yang kita harapkan dari pelayanan yang kita
lakukan, kita tidak mendapatkannya, maka kita mulai kecewa, sehingga tidak ada
semangat lagi untuk melayani.
Contohnya:
è Untuk dapat
pujian. Awalnya ingin melayani hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain,
eh ternyata pas dijalani, bukan pujian yang didadaptkan, malah kritikan terus.
Hal ini merebut semangat melayani kita.
è Mengharapkan
berkat Tuhan yang melimpah, kebahagiaan, tapi ketika tidak medapatkannya, maka
kita mulai ngambek dan tidak mau melayani
-
Perbedaan pendapat. Karena kita melayani bersama
dengan orang-orang yang unik, maka ketika berpendapat juga pasti berbeda. Yang
satu mau ini, yang satunya lagi mau ini. Akhirnya, ya udahlah dari pada
berdebat terus,, mending nggak usah melayani, semangat melayani mulai hilang.
-
Kesibukan yang semakin bertambah
-
Orang-orang yang dilayani segitu-gitu aja, maka mulai
kehilangan fokus
-
Adanya rasa iri hati atas keberhasilan orang lain
-
Merasa diri tidak bisa
-
Rasa malas
-
Aktivitas di luar semakin banyak
Kira-kira
dari beberapa hal ini, secara pribadi bagian mana yang paling berpengaruh
terhadap semangat pelayanan kita?
Kalau kita
sudah tahu bagian mana yang sering merebut semangat pelayanan kita, sekarang
tanyakan pada diri kita sendiri MENGAPA?
-
Kalau orang yang kita layani tidak bertumbuh, mengapa
kita tidak semangat melayani?
-
Kalau kita tidak mendapatkan pujian atas pelayanan yang
kita lakukan, kenapa kita tidak semangat lagi?
-
Kalau kita bertemu dengan orang yang berbeda pendapat
dengan kita, partner yang sulit kerja sama, mengapa kita tidak semangat lagi
melayani?
-
Kalau pelayanan orang lain lebih berhasi, mengapa kita
tidak semangat lagi melayani?
-
Mengapa kita berpikir kita tidak bisa melayani,
sehingga kita tidak sungguh-sungguh melakukan pelayanan?
Wahyu
2:1-7, mencatat tentang jemaat di Efesus, yang kehilangan kasih mula-mula
mereka kepada Allah, sehingga Allah mencela mereka dengan berkata “ ayat 4
dan5”……..
What’s
wrong??? Apa yang salah?
KEMBALI
KEPADA PANGGILAN DAN MOTIVASI UNTUK MELAYANI.
II.
Mari kita memeriksa motivasi pelayanan kita selama ini
Dari beberapa kali khotbah, kita semua sudah
mendengarkan tentang pelayanan. Mengapa kita harus melayani. Selama kita
mendengarkan khotbah tersebut, apakah kita pernah melakukan satu evaluasi diri
tentang pelayanan kita selama ini.
Banyak
orang mengatas namakan Tuhan dalam segala sesuatu yang dikerjakan, bahkan nama
Tuhan itu diperjualbelikan, hanya untuk kepentingan pribadi. Penolakkan Ahok
menjadi gubernur, dilakukan oleh orang-orang tertentu dan mengatasnamakan
agama, mengatasnamakan Tuhan. Dalam pelayanan kita juga bisa melakukan hal
demikian, dengan mengatakan bahwa ini adalah untuk Tuhan, pelayanan ini untuk
Tuhan, tapi sebenarnya hanya untuk memuaskan keinginan pribadi.
Matius
7:21, berkata “bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku; Tuhan, Tuhan! Akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku
yang di sorga”.
Jangan
sampai, apa yang kita lakukan adalah manipulasi dari keinginan pribadi kita
dengan mengatasnamakan Tuhan.
Ilustrasi:
Saya secara
pribadi juga terus berjuang untuk menggumuli hal ini. Dan terus bertanya kepada
Tuhan, “Apakah yang saya lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak?”.
Saya itu punya satu kerinduan untuk melayani di tanah Papua. Ketika masih
menempuh kuliah S1 saya berkata nanti saya akan melayani di Papua. Bahkan saya
berkata bahwa saya rela mati di sana, sehingga pernah melayani 1 tahun disana,
dan semangat untuk kembali melayani disana tersu berkobar.
Namun,
semakin kesini saya mencoba untuk merenungkan kembali apakah ini yang Tuhan
inginkan buat saya. Tapi bukankan menjadi misionaris adalah hal yang Tuhan
inginkan untuk kita lakukan? Ya awalnya juga saya berpikir bahwa ini saya
lakukan demi panggilan, ini adalah kehendak Tuhan. Tapi belakangan ini saya
semakin merenungkan motivasi saya untuk melayani di pedalaman. Apakah ini demi
panggilan Tuhan untuk saya, atau sebenarnya demi sebuah “Nama yang akan
terkenal”.
Saya
mengagumi seorang misionaris di Papua, namanya Daniel Alexander. Dan namanya
juga cukup dikenal oleh banyak orang, Kick Andy bahkan pernah mewawancarai dia.
Dia adalah orang yang memiliki hati yang sangat mulia untuk orang-orang Papua.
Dan saya
takut, ketika saya berkata saya mau melayani di Papua, ini untuk Tuhan tapi
sebenarnya hanya karena ingin menjadi seperti Daniel Aleksander, yang dikenal
dan dikagumi banyak orang. Kehidupan seorang misionaris itu, meskipun hidup
dalam kesederhanaan tapi namanya akan selalu dikenang, biar sudah mati maka
tetap dikenang, bahkan dibikin patung, dan saya takut inilah yang sebenarnya
saya kejar. Popularitas, kehormatan, dan pujian dari orang lain.
Dalam melayani
Tuhan, hal-hal seperti, manipulasi keinginan pribadi sangat rawan terjadi. Sehingga
ketika kita berada ditengah jalan, dan realita yang terjadi tidak sesuai dengan
keinginan kita maka kita kecewa.
-
Ketika kita dikritik atas pelayanan kita, kita sudah
down, karena ternyata yang kita cari adalah pujian
-
Ketika kita berselisih dengan rekan sepelayanan, kita
down, karena yang kita cari adalah rasa ingin menonjolkan diri
-
Ketika orang lain berhasil, kita iri, karena kita
mencari keberhasilan.
Tanpa
kemurnian hati untuk melayani, kita tidak akan bisa melayani dengan efektif.
Namun
meskipun demikan, kabar gembiranya adalah orang-orang yang seperti itu Allah
tetap pakai. Allah bisa mengubah segala sesuatu menjadi indah, meskipun itu
berasal dari kesalah kita. Allah bisa menulis garis lurus dengan tongkat yang
bengkok. Ternyata kita yang memiliki motiivasi yang salah dalam melayani, Allah
tetap pakai, kita yang banyak kekurangan ini Allah tetap pakai.
-
Allah tetap memakai Petrus yang sudah menyangkal Tuhan
Yesus 3 kali
-
Allah tetap memakai, Tomas yang meragukan kebangkitan
Yesus
-
Yohanes Markus, tetap dipakai meskipun ia pernah lari
dari pelayanan
-
Daud tetap Allah pakai meskipun ia pernah berzinah
Kenapa bisa
Allah melakukan semuanya itu? Karena anugerah-Nya. Kasih-Nya kepada kita lebih besar dari
motivasi kita yang salah. Kasih-Nya lebih besar dari kelemahan-kelamahan kita.
Natur dosa
yakni natur yang ingin selalu melawan kehendak Allah, sudah menjadi bagian dari
hidup kita. Sehingga kita tidak selalu bisa meresponi panggilan pelayanan dari
Allah dengan baik. Untuk itu kita butuh anugerah Allah, untuk bisa meresponi
panggilan pelayanan dari Allah tersebut, sehingga motivasi kita dalam pelayanan
semakin dimurnikan.
-
Tuhan memakai Petrus dengan luar biasa karena Petrus
mau dimurnikan motivasi pelayanannya oleh Tuhan
-
Markus juga semakin luar biasa, karena ia juga semakin
belajar apa itu melayani dengan tulus.
Mungkin
kita di dalam setiap doa kita, mungkin kita bisa berkata seperti ini “Tuhan,
berikanku hati seperti hati-Mu, sehingga saya bisa mengasihi dan melakukan
pelayanan yang Engkau percayakan ini”.
Dengan
kemurnian motavisi, maka apapun yang terjadi dalam pelayanan, tidak lagi
menjadi alasan kita untuk tidak semangat lagi dalam melayani. Karena kita tidak
lagi berfokus pada diri sendiri.
-
Kritikan dari orang lain, tidak dianggap lagi sebagai
hal yang menjatuhkan tapi dilihat sebagi hal yang dapat menjadikan pelayanan semakin lebih baik
-
Perbedaan
pendapat, tidak lagi dilihat sebagai permusuhan, tapi sebagai suatu pertimbang
untuk dipikirkan bersama demi kemajuan pelayanan
-
Kesibukan
tidak lagi menjadi alasan untuk tidak mau melayani
-
I
Korintus 15:58
2. Allah tidak akan melupakan pekerjaan
dan kasih yang telah kita tunjukkan dalam pelayanan kita (Ibr. 6:10).
Sip Bro
BalasHapus