Tujuan:
Jemaat mengerti fungsi lidah (bicara) dan dampak yang dapat ditimbulkan. Jemaat
termotivasi menggunakan kata-kata yang sehat dalam keluarga.
Syalom!!!
Dulu…ketika
masih saya kecil, alm. Kakek saya suka bercerita/berdongeng kepada kami
cucunya. Entah itu cerita kisah nyata, masa penjajahan, atau juga cerita buatan
beliau sendiri. Nah salah satu ceritanya adalah ia menceritakan beberapa tukang
yang sedang membuat sebuah bangunan. Awalnya pekerjaan mereka cukup lancar,
bangunan itu mulai nampak terbentuk, mulai tinggi. Suatu hari, salah satu
pekerja bangunan yang berada dibagian atas bangunan meminta palu pada temannya
yang ada dibawah, ternyata temannya ngasih gergaji, ketika diminta gergaji
temannya ngasih parang. Begitulah seterusnya, peristiwa itu berulang-ulang
terjadi, sehingga membuat mereka emosi satu sama lain. Yang satu merasa tidak
dihargai karena permintannya diabaikan, yang satu merasa bener karena apa yang
dia kasih sesuai dengan yang diminta temannya. Akhirnya terjadi kekacauan
diantara mereka dan tukang-tukang tersebut tidak jadi membangun bangunan
tersebut.
Sangat
disayangkan sekali, para tukang ini tidak bisa menyelesaikan pekerjaan mereka
karena mereka tidak bisa mengerti maksud temannya dengan baik dan benar.
Beberapa
waktu setelah cerita ini saya dengar dari kakek saya, saya kemudian mendengar
kisah yang hampir sama namun beda versi di SM, yakni cerita tentang MENARA
BABEL. Awalnya mereka adalah orang yang memiliki satu visi, satu bahasa,
kemudian mereka berencana untuk membangun sebuah menara untuk kesombongan diri,
belum juga bangunan itu selesai Allah memberi hukuman kepada mereka dengan cara
mengacaukan bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti bahasa satu sama
lain, sehingga mereka terpencar kemana-kemana.
Kisah
menara Babel versi kakek saya dan versi Alkitab, mengingatkan kita satu hal,
tentang betapa pentingnya komunikasi yang baik dalam satu komunitas atau juga
dalam berelasi. Bahasa adalah alat yang dipakai untuk berkomunikasi. Jika
bahasa yang disampaikan oleh tukang tadi kepada temannya bisa dimengerti oleh
orang lain, maka pekerjaan mereka tidak akan berhenti, namun karena kegagalan
dalam memahami maksud orang lain maka pekerjaan mereka tersebut tidak
terselesaikan.
Prinsip
yang sama dapat kita terapkan dalam berelasi dengan orang lain, teman, sahabat,
pacar, dan terlebih-lebih dalam keluarga. Di dalam kehidupan sehari-hari setiap
manusia saling berkomunikasi satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa
yang dapat dimengerti oleh setiap pihak. Di dalam pernikahan atau keluarga
komunikasi juga merupakan hal terpenting dan menentukan pertumbuhan kehidupan
pernikahan atau keluarga.
Menurut buku yang saya baca: berjudul
- “Saving Your Marriage before it
start” : bahwa Komunikasi adalah nyawa suatu pernikahan.
- “ The Mirages of Marriage”
dikatakan bahwa komunikasi yang salah adalah salah satu penyebab terbesar
pernikahan tidak bekerja dengan baik.
Contoh:
-
Di social media itu dikatakan: jika wanita atau perempuan
mengatakan “tidak ada apa-apa, terserah kamu aja, aku nggak apa-apa”, mending
laki-laki pura-pura mati ditempat. Karena dibalik “tidak apa-apa” pasti ada
apa2nya. Pengalaman membuktikan.
Contoh di atas menunjukkan bahwa
betapa pentingnya komunikasi dalam pernikahan dan juga betapa pentingnya
kepekaan terhadap komunikasi yang diterima. Hal ini sangat berpengurh terhadap
jalannya sebuah rumah tangga. Hal senada juga di dikatakan oleh Ann Landers
seorang penulis popupeler yang dikutip oleh sebuah buku, dia mengatakan “Hal
yang penting di dalam suatu pernikahan adalah kemampuan untuk berkomunikasi.
Kebanyakan persoalan dalam pernikahan berasal dari ketidakmampuan dua orang
untuk berbicara satu terhadap yang lain. Jadi berhasil atau gagalnya komunikasi
dalam pernikahan, sangat mempengaruhi keutuhan pernikahan tersebut. Yakub
Susabda dalam buku panduan untuk membimbing pasangan-pasangan yang akan menikah
yang berjudul “Konseling Pranikah”, mengatakan bahwa sebagai peta dan gambar
Allah, manusia adalah makhluk social yang sejak lahir membina komunikasi dengan
sesamanya untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya. Melalui komunikasi,
manusia mengembangkan kepribadian, mengenal arti dari mempercayai,
mengembangkan tanggung jawab, dan menikmati kedekatan dengan sesamanya. Hal ini
menunjukan betapa pentingnya komunikasi tersebut.
Jika kita sudah mengerti betapa
pentingnya komunikasi dalam sebuah relasi, pertanyaannya adalah KOMUNIKASI YANG
SEPERTI APA yang harus kita praktekan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
dalam keluarga.
Apa yang dikatakan oleh
Alktiab??? Yakobus 3:1-12
Yakobus adalah satu-satunya
kitab di Alkitab yang membahas masalah perkataan atau LIDAH secara panjang
lebar.
-
1-5a: kekuatan hebat yang dimiliki oleh lidah
-
5b-8: pengaruh berbisa dari lidah yang jahat
-
9-12: penggunaan lidah dengan tidak berpendirian
Yakobus memberikan gambaran yang
menarik tentang kekuatan yang dimiliki oleh lidah:
-
1-5a: kekuatan hebat yang
dimiliki oleh lidah
- Kuda dan kekangà
orang-orang memberi kekang pada mulut kuda, sebab mereka tahu bahwa jika
manusia bisa mengendalikan mulut kuda maka mereka dapat menguasai seluruh
tubuhnya.
- Kapal dan kemudi à
sebelum teknologi semakin canggih, penemuan mesin, kapal berlayar
menggunakan tenaga angin namun juga
harus dikendalikan oleh kemudi yang sangat kecil yang ditaruh diburitan.
Ukuran kemudi ini sangat kecil dibandingkan dengan kapalnya sendiri. Namun
dengan kemudi yang kecil ini, nakhoda kapal dapat mengarahkan kapal,
merubah haluan, dapat mengendalikan
sepenuhnya bada kapal yang besar.
Dari kedua contoh ini kita dapat melihat bahwa lidah atau
perkataan yang kita katakan menentukan arah hidup kita. Hanya saja perlu
dikekang ‘tuh lidah, kayak mulut kuda yang harus dikekang supaya dapat
dikendalikan.
Pertanyaannya:
mengapa perlu dikendalikan?????????
-
5b-8: pengaruh berbisa dari
lidah yang jahat
Ternyata lidah bukan hanya
sekedar mengarahkan hidup kita ke arah yang lebih baik, namun juga lidah
memiliki pengaruh bisa yang jahat. Yakobus memberi perumpamaan:
-
Api dan hutanà kebakaran hutan sering sekali disebabkan oleh api yang
kecil, bahkan putung rokok saja dapat mengakibatkan kebakaran hutan. Bisa
menghanguskan berhektar-hektar hutan.
Lidah yang tidak dapat
dikendalikan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal. Sepatah kata yang
terlontar dapat mengakibatkan kepedihan dan luka pada orang lain. Tangan dapat
membunuh dalam jarak dekat, tetapi lidah dapat membunuh dari jarak yang sangat
jauh seperti anak panah.
Contoh:
- Habibie (1988)à mengatakan “"small little
red dot" (hanya setitik merah kecil)> hanya titik setitik kecil
diantara malaysia dan Indonesia
- Cita Citata à "Cantik masih tetap, harus
dicantikin mukanye. Nggak kayak Papua!
- Ketika orang tua memberi
nasihat, terkadang anak mendumel dan berkata “ini keluarga sialan”, atau “andai
saja saya tidak punya orang tua/ibu”
- ketika
anak tidak menyahut panggilan ayah atau ibunya, "kata-kata yang
dikeluarkan adalah "kamu tuli?" atau kamu bisu"?
- ketika
anak memukul kawanya atau berulah, ucapan yang dikeluarka pasti :
"nakal!" atau "bandel!"
- Jika
anaknya tidak mendapatkan nilai bagus dalam ujianya, kata-kata yang dihamburkan
adalah,"Pemalas! Bodoh!
- Dibanding-bandingkanà
Si A lebih pandai dari kamu!" bahkan kadang-kadang tanpa alasan yang
jelas atau hanya karena sedikit kesalahan, orang tua sering melatah,
mengucapkan kata-kata yang kasar dan kotor yang tidak sepatutnya keluar dari
mulut orang yang ingin ditaati dan dimuliakan oleh anak-anaknya.
Penelitian
mengatakan: sebenarnya kata-kata kasar "Bodoh, Tolol" itu sangat
berpengaruh sekali terhadap perkembangan psikologis anak. Anak yang sering
mendengar kata-kata kasar tersebut:
-
akan cenderung memiliki rasa percaya diri yang
kurang(kurang PD dalam pergaulan),
-
selalu pesimis dalam melakukan suatu hal,
-
selalu merasa dirinya paling jelek,
-
yang paling buruk mungkin anak yang sering
mendengar kata-kata kasar tersebut akan benar-benar menjadi anak yang bodoh,
tolol!"
-
Perkembangan Intelegensi anak pun terhambat.
Menurut
Hipnotherapis Klinis Dra. MTh. Widya Saraswati, CCH, CT, perkataan dari
orangtua itu bisa langsung diserap pikiran bawah sadar yang bisa membuat anak
menampilkan diri seperti yang diucapkan anaknya. "Pikiran bawah sadar itu
sangat cerdas dan seperti anak kecil yang usianya di bawah delapan tahun. Dia
(alam bawah sadar) tidak mengerti itu (pernyataan orangtua) merugikan. Jadi
masuk ke alam bawah sadar tanpa dianalisa," anak akan menyimpan dibawah alam sadarnya apa yang dikatakan oleh orang
tua. Dengan perkataan malas dan bodoh itu, lanjut Widya, masalah bisa
muncul. Anak menjadi malas dan bodoh sesuai ucapan orangtua. "Anak tidak
akan menganalisa apa yang disampaikan orangtuanya. Jika itu repetisi, terjadi
berulang-ulang maka ia menjadi bodoh atau malas. Ia menampilkan diri sebagai
orang yang bodoh," jelasnya. Ia menjelaskan, pernyataan itu akan sangat
berpengaruh jika disampaikan figur otoritas seperti ibu. Namun bagaimana jika
ibu juga mengatakan kata `rajin` atau `pintar`, pikiran alam bawah sadar itu
akan melihat mana yang sering diungkapkan.
Jika kata
bodoh, nakal sering dilontarkan kepada anak maka itu sudah tersimpan di dalam
alam bawah sadarnya, kalau sudah menumpuk, maka suatu saat ketika ada pemicunya
maka ia akan mengingat semua yang dikatakan oleh orang tua:
- Ketika
ia tidak bisa mengerjakan PR, tugas-tugas yang diberikan tidak bisa dikerjakan,
nilainya kecil, teman dan guru disekolah mengatai dia bodoh, maka
perlahan-lahan ingatan akan perkataan orang tua yang sering mengatai dia bodoh,
tolol, maka perlahan-lahan juga ia mulai berkata kepada dirinya sendiri saya
bodoh, saya ini memang bodoh, tuhkan nilainya anjlok lagi, tuh kan saya bodoh
banget, benar kata papa mama saya, saya bodoh.
- “ya,,
udah lah, kan saya pemalas kata mama”
- Teman
saya bilang “Kenapa sih kalau guru, atau orang tua itu marah, kenapa
kata-katanya kasar sekali, misalnya saya doain kamu kaya, saya sumpahin kamu
jadi pintar.
Coba renungkan:
-
Mengapa sih kita memusuhi seseorang?
-
Mengapa banyak sekali terjadi perselisihan baik dikantor,
keluarga, lingkungan, maupun gereja?
-
Mengapa ayah dan ibu bertengkar?
-
Mengapa anak-anak tidak menghormati orang tua?
-
Mengapa orang tua kecewa kepada anak?
Kemungkinan karena kita pernah
mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Ingat bahwa lidah yang tidak dapa
dikendalikan dapat mengacaukan hidup seseorang.
Ada 3 hal
yang tidak dapat datang kembali:
-
Anak panah yang dilepaskan
-
Kata-kata yang diucapkan
-
Kesempatan yang hilang
Sebagai
anak-anak Tuhan kita sudah seharunya bisa mengendalikan lidah kita, atau
perkataan yang kita lontarkan, sehingga siapapun tidak tersakiti. Di ayat 9-12,
Yakobus mengatakan dengan lidah kita memuji Tuhan, dan dengan lidah kita
mengutuk manusia ciptaan Allah. Dalam tradisi Yahudi mereka berdoa 3 kali
sehari dengan mengucapkan 18 doa, dan setiap kali nama Allah disebut, maka
orang Yahudi menyahutnya dengan ucapan “Diberkatilah Dia!” Namun sering sekali
mulut dan lidah mereka yang memuji Allah juga mengutuki manusia.
Bagi Yakobus, ini adalah hal yang
tidak wajar. Dia memberikan perumpamaan:
-
Adakah satu sumber mata air bisa memancarkan ari
tawar dan pahit?
-
Adalah pohon ara menghasilkan pohon zaitun?
-
Adakah pohon mangga menghasilkan durian? Tentu
saja tidak.
Contoh:
-
Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias, dan ia
juga rela mati bersama dengan Yesus, tetapi dengan lidah yang sama ia
menyangkal Yesus dengan bersumpah dan mengutuk (Mat. 26:69-75)
-
Ada yang berbicara dalam suatu pertemuan dengan
sikap murah hati TETAPI diluar menghancurkan reputasi orang lain dengan
lidahnya yang penuh kebencian
Seharusnya
hendaklah apa yang kita katakan itu mencerminkan diri kita sebagai orang yang sudah
mengenal Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain dan keluarga. Saya juga masih
terus belajar dengan hal ini. Karena terkadang memang lebih mudah untuk
mengatakan hal-hal yang kita inginkan daripada apa yang Allah inginkan.
Kiranya Tuhan menolong kita menjadi orang yang berhati-hati,
bertanggung jawab dan berbijaksana dalam berbicara. Mari kita berjanji di
hadapan Tuhan: mulai hari ini kita mau mengendalikan lidah kita,
mempersembahkan semua kata kata kita pada Tuhan, hanya mengatakan kata-kata yang
penuh cinta kasih, bukan yang penuh kebencian, yang mendamaikan bukan yang
memancing permusuhan, yang membangun bukan yang menjatuhkan, yang benar bukan
yang sesat, yang suci bukan yang najis.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar