Syalom….!!!
Ilustrasi: Ijinkan saya memberikan sugesti kepada bapa ibu
saudara sekalian untuk mengawali khotbah saya hari ini. Saya meminta kita semua
untuk menghadirkan satu nama di benak saudara2 sekalian. Tapi, nama ini bukan
nama orang yang memberikan anda coklat waktu valentine atau orang yang
memberikan angpau waktu imlek kemarin, tapi orang ini adalah orang yang sangat
menjengkelkan, suka bikin masalah, mungkin juga pernah menyakiti saudara. Satu
nama saja (DAN SAYA BERHARAP TIDAK ADA NAMA SAYA DISANA YA…).
Kalau tidak ada orang yang menjengkelan bagi saya gimana?
Ya, sebut saja namanya B, berandai-andai aja dulu.
Oke,,, sekarang dibenak saudara ada satu nama orang yang
tidak anda sukai. Setelah nama itu ada, tiba-tiba ada satu suara, entah itu
suara Tuhan, suara hati saudara, atau suara orang lain, yang berkata seperti
ini: “SEKARANG,,, KAMU PERGI MENGHAMPIRI ORANG YANG ADA DIPIKIRAN KAMU ITU,
ALIAS ORANG YANG TIDAK KAMU SUKAI, PERGI TEMUI DIA DAN LAYANILAH DIA,
BERITAKANLAH KASIH KRISTUS KEPADANYA”.
Bagaimana bapa ibu saudara sekalian? Ada yang bersedia?
Bagi yang tidak bersedia mari kita berdoa memohon pengampunan Tuhan???
Saudara…
Bagaimana saudara masih berkeras hati untuk tidak melakukannya
atau ada perubahan setelah berdoa? Mungkin ada yang berkata “Tuhan tidak
mungkin setega itu sama saya lah..”. Dulu juga saya memiliki pemikiran yang
seperti itu. Tapi ternyata “Tuhan tega” menyuruh kita untuk melakukan hal seperti itu. Hal yang sama, yang juga dialami
oleh Yunus, ketika Tuhan memberikan dia satu kejutan untuk melayani di
Niniwe.
Apakah saudara pernah mengalami
hal yang sama? Kita tidak pernah tau siapa yang akan kita layani, mungkin kalau
mereka adalah orang yang baik2 saja, maka kita bisa enjoy untuk melayani, tapi
bagaimana jika kita itu terpanggil untuk melayani orang-orang yang sulit bagi
kita, orang-orang yang pernah memiliki kenangan pahit dengan kita, melayani
orang Niniwe seperti Yunus. Apakah kita bersedia atau tidak? Mungkin yang
menjadi kuncinya adalah TERLEBIH DAHULU MEMBERI PENGAMPUNAN KEPADA MEREKA, KITA
BARU BISA MELAYANI MEREKA. Bohong jika kita berkata saya bisa melayaninya tanpa
mengampuninya. Yunus menjadi contohnya, dan hanya rasa sakit hati, amarah dalam
dirinya yang ia dapatkan ketika melakukan hal seperti itu. Kebencian adalah harimau yang menggeram di dalam
jiwa. kebencian adalah tanggapan alami kita terhadap rasa sakit hati yang
mendalam dan tidak adil. Kebencian adalah pembalasan secara naluriah kita
terhadap siapa saja yang melukai hati kita secara tidak benar. Mengampuni
adalah obat cinta yang dapat mengatasinya.
Kalau begitu apa itu pengampunan dan bagaiman kita dapat
mengampuni orang yang pernah menjadi kenangan pahit dalam kehidupan kita?
MATIUS 18:21-35.
Mengampuni 70x7x. Mengampuni
adalah kata yang mudah diucapkan sulit untuk dilakukan. Mengampuni adalah obat
cinta yang harus kita gunakan ketika kita diperlakukan secara tidak semestinya.
(Jiraiya - Naruto) pernah berkata seperti ini “Memaafkan adalah kunci untuk
memutuskan rantai kebencian. “ Namun bagi saya ini bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan, meskipun saya sadar bahwa Tuhan menghendaki kita untuk
mengampuni sesama. Kepada Petrus, Yesus mengajarinya untuk mengampuni 70x7x.
Atau kita sering sekali mengenalnya dengan istilah lain yakni mengampuni tanpa
batas. Pengampunan merupakan natur dari Kerajaan Sorga. Dalam perumpamaan yang
diceritakan oleh Tuhan Yesus, disana menunjukkan pengampunan yang tidak ada
batasnya.
Hal ini berbeda dengan apa yang
pernah dikumandangkan oleh Lamekh dengan mengatakan pembalasan dendam tujuh puluh tujuh kali. Bahkan
berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Musa: “mata ganti mata”.
Hal yang menarik dari ajaran Tuhan
Yesus ini adalah Ia tidak memerintahkan pendengarnya untuk melupakan perkara
yang ada. Sehingga sangat tepat sekali jika dikatan bahwa “mengampuni bukan
berarti melupakan”.
Dalam perikop ini ada 3 tokoh utama yang diceritakan:
-
Raja
-
Hamba 1
-
Hamba 2
Hamba 1 dan 2, sama2 berperan
sebagai penghutang (orang yang memiliki utang). Jalan cerita kedua hamba ini
sama, hanya endingnya saja yang beda:
-
Hamba 1 memiliki utang
kepada raja, karena tidak sanggup maka raja hendak menjual dia dan keluarganya
untuk melunasi hutangnya, tapi karena ia memohon maka raja menghapuskan
hutangnya.
-
Hamba 2, memiliki
utang kepada hamba 1 yang sudah dihapus hutangnya oleh raja. Karena hamba 2
tidak sanggup melunasi hutangnya maka ia dimasukkan ke dalam penjara sampai ia
membayar hutangnya.
Dari kisah ini apa yang dapat kita
renungkan?
I.
Pengampunan hanya dapat diberikan oleh mereka yang memilki
kelebihan dalam hidup ini
Untuk memberikan pengampunan kepada orang lain bukan hal
yang mudah untuk dilakukan. Saya salut dengan orang-orang yang mudah memafkan
orang lain, tapi saya juga maklum kepada teman saya yang tidak bisa mengampuni
hamba Tuhan digerejanya. Tapi setelah saya pikir-pikir dan mencoba untuk
mempelajari tingkah laku orang-orang disekitar saya, saya menemukan bahwa
terkadang kita itu sebenarnya tidak sedang mengampuni, tapi hanya
mengatasnamakan PENGAMPUNAN.
-
Mengapa orang Kristen
cepat sekali mengatakan ‘aku memaafkan kamu, aku sudah memaafkan dia”. Dulu
saya berpikir bahwa ini adalah nilai plus dari orang2 kristen, tapi akhirnya
saya melihat bahwa lingkungan kekristenan terkadang membuat kita terpaksa untuk
memberi pengampunan kepada orang lain. “masa orang kristen tidak mengampuni..”
-
Terkadang manusia juga
mengampuni untuk memenuhi kebutuhannya atau apa yang ia inginkan. Contohnya
Esau. Secara kasat mata Esau sudah mengampuni Yakub. Dulu Ishak berkata “jika
ia bersungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu
alias ia akan diberkati”. Dan hal ini dibuktikan dengan ketika ia bertemu
dengan Yakub, ia sudah memiliki harta. Artinya bahwa kuk itu sudah ia lepaskan,
dan ia spertinya sudah tidak dendam lagi kepada Yakub. Tapi saudara,,, kalau
coba kita perhatikan, siapa sih Esau? Bagaimana pola pikirnya? Bukan ia adalah
orang yang need oriented, berorientasi pada pemenuhan kebutuhannya saat itu.
Ketika ia lapar, ia membutuhkan makanan. Dan makanan hanya ia dapat dari Yakub
kalau ia memberikan hak kesulungannya. Dan apa yang terjadi? “Toh sebentar lagi
saya juga mati,buat apa hak kesulungan ini, yang penting perut kenyang”. Dan
disana “Tuhan marah kepada Esau, karena menjual hak kesulungannya”. Demi
kebutuhannya ia rela melakukan apa saja, bahkan rela mengorbankan hal
terpenting dalam hidupnya. Bukankah masuk akal juga, jika hanya demi harta ia
bekerja sungguh-sungguh, dan ia sudah mendapatkannya, sehingga ia rela
mengampuni Yakub, walaupun pada awalnya ia ingin membunuh Yakub yang telah
menipu dan melukai hatinya.
Kedua contoh ini cukup indah
bukan? Dan mungkin saja menjadi kesaksian bagi orang lain. Tapi apakah ini yang
disebut dengan pengampunan yang Tuhan inginkan? Dalam I Korintus 13 Paulus
berbicara masalah kebaikan yang tanpa didasari oleh Kasih, maka itu tidak ada
gunanya, Paulus menyebutnya “BAGAIKAN GONG YANG BERKUMANDANG DAN CANANG YANG
GEMERINCING”. Sebentar lalu hilang kemudian.
Dari perikop yang sudah kita
bacakan tadi kita dapat lihat perbandingan antara raja dengan hamba 1.
-
Raja memiliki sesuatu
yang lebih dalam dirinya, sehingga ia bisa memberikannya kepada hamba 1 yang
berutang kepadanya. Ayat 27 “tergeraklah hatinya oleh belas kasihan…”
-
Tapi coba lihat hamba
1, apakah ia tidak memiliki sesuatu yang lebih dalam dirinya? Hamba 1 memiliki
tipe kepribadian selalu merasa kurang, dan kurang. Dia berutang 10 ribu
talenta, artinya bahwa ia tidak hanya meminjam sekali dua kali, tapi
kemungkinan berkali-kali ia meminjam uang kepada raja, karena merasa
kurang-kurang, kurang dan kurang, untuk memenuhi kebutuhannya. Pola seperti
ini, terjadi ketika ia bertemu dengan temannya (hamba 2) yang hanya berhutang
100 dinar kepadanya. Bagi seorang hamba ditambah lagi dengan kepribadiannya
yang seperti itu, maka uang sebesar 100 dinar adalah hal yang sangat penting
dan berharga. Ayat 30 “…..”
Apa sebenarnya yang harus dilakukan oleh hamba yang sudah
dihapus hutangnya ini? Seperti kata Raja di ayat 33 “bukankah engkaupun harus
mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?”. Hamba ini tidak
pernah menyadari sesuatu yang lebih dalam dirinya. Ia tidak bisa melihat dan
merasakan betapa besarnya pengampunan yang sudah ia dapatkan, sehingga ia tidak
dapat membagikannya.
Dari sini kita belajar bahwa kita mengampuni karena kita
sudah diampuni. Berarti ini berkaitan dengan masalah iman. Kita adalah
orang-orang yang sudah menerima anugerah yaitu pengampunan dari Tuhan. Kepada
orang-orang yang sudah diampunilah, Allah memberikan Roh Kudus untuk dimampukan
hidup dalam anugerah Allah dan dimampukan untuk membagikannya kepada orang
lain. Namun seberapa seringkah dalam hidup ini kita menyadari bahwa kita adalah
orang-orang yang sudah menerima anugerah Allah? Jika sudah menyadari hal ini,
menyadari bahwa saya memiliki sesuatu yang lebih dalam diri saya, maka kita
siap untuk membagikannya kepada orang lain. Menerima tanpa merasakannya tidak
ada gunanya, hanya akan menjadi sama seperti hamba yang sudah dihapus hutangnya
tersebut.
Namun bagaimana hal ini bisa selaras dengan keunikan
kepribadian kita? Setiap kita juga memiliki kelemahan pribadi dan kita masih
terus bergumul dengan hal itu, sehingga untuk memberikan pengampunan masih
sulit. Henry Nowen pernah mengatakan “Terkadang jauh lebih mudah memelihara
sakit hati dan terus mengorbankannya hingga akhirnya berubah menjadi kepahitan
yang akan lebih menyakiti kita”. Kalau begitu Apa yang harus kita lakukan?
II.
Butuh kejujuran di hadapan Tuhan dan sesama
Berapa banyak kebohongan yang sering kita lakukan dalam
berelasi dengan seseorang, dengan cara menyimpan dendam. Ketika semester selalu
saya mengerjakan paper tentang KOMUNIKASI DALAM PERNIKAHAN, beberapa buku yang
saya baca mengatakan bahwa “salah satu masalah terbesar dalam pernikahan adalah
masalah komunikasi”. Salah satu contohnya: seorang istri yang tidak jujur bahwa
ia marah kepada suaminya yang telat makan malam. Ketika suami bertanya “kamu
tidak apa2?”, ia menjawab “aku tidak apa2”. Bapa ibu yang sudah berumah tangga
pasti sangat mengerti contoh ini. Tapi saya melihat bahwa, dalam sebuah relasi,
kalimat “AKU TIDAK APA2” ini adalah satu kalimat yang sangat powerfull untuk
menyimpan amarah dan biasanya laki2 menafsirkan kata2 ini secara literal, “YA
UDAH, KALAU KAMU NGGAK APA2”. Dan sejak saat itu “PERANG DUNIA KE-3 SUDAH
DIMULAI”.
Kejujuran akan perasaan yang sedang dialami adalah satu hal
yang sangat menolong kita untuk bisa memberikan pengampunan kepada orang lain.
Dan bagi saya Yunus adalah tokoh yang paling jujur dihadapan Tuhan, tentang
amarah yang ia simpan untuk bangsa Niniwe dan Tuhan tau akan hal itu. Namun
untuk bisa jujur sendiri, dibutuhkan keberanian, keberanian untuk bisa
menghadapi rasa sakit lagi.
Ilustrasi:
Tahun 2010 saya pelayanan di sebuah sekolah di pedalaman,
dan saat itu kami sedang merayakan valentine. Kami guru2 mulai memikirkan apa
yang harus kita lakukan di valentine kali ini ya, banya ide yang masuk, dan
akhirnya kami memutuskan untuk mengajak anak2 untuk menebar kasih melalui
memberi pengampunan. Acaranya diawali dengan renungan singkat tentang kasih,
kemudian setelah khotbah, kami mengajak anak2 untuk mencoba meriview kembali
orang-orang yang pernah menyakiti mereka dan menantang mereka untuk membagikan
kasih kepada orang tersebut. Kami menyediakan selembar kertas yang cukup lebar
dan mereka dapat menuangkan isi hati mereka disitu. Satu persatu secara
bergiliran maju kedepan, menuliskan isi hatinya, kebenciannya kepada seseorang.
Disana mereka menulis: “aku benci kamu, kamu tega berbuat seperti itu, ayah
macam apa kamu, dan yang paling mendebarkan adalah ketika seorang anak
terpintar dikelas menulis seperti ini “aku ingin membunuhmu”.
Mereka ini adalah anak2 pedalaman yang masih polos secara
kasat mata, tapi memiliki banyak kerapuhan dalam hatinya. Dan ketika mereka
kami minta untuk jujur akan perasaannya, semuanya baru semakin jelas. Dan akhirnya kami mengajak mereka untuk membawa pergumulan
itu dihadapan Tuhan. Ada beberapa anak setelah beberapa minggu mengalami
perubahan, tapi ada juga yang meminta maaf kepada kami karena tidak bisa
melakukannya. Mereka ini adalah anak2, yang tidak pernah diberi ruang untuk
mengungkapkan rasa sakit hati yang pernah mereka alami dan terus mereka simpan.
Kejujuran di hadapan Tuhan akan perasaan yang sedang
dialami adalah hal yang menolong kita untuk bisa menemukan apa yang menjadi
kehendak Tuhan.
-
Jujur akan rasa sakit
yang dialami
-
Jujur akan begitu
beratnya untuk berkata “AKU MEMAAFKANMU”
-
Jujur untuk bertanya
di hadapan Tuhan apa yang harus saya lakukan ditengah situasi yang seperti ini.
Saya sampai sekarang masih mempercayai firman Tuhan yang
berkata “barang siapa meminta akan diberi, siapa yang mencari akan
mendapatkannya, dan siapa yang mengetuk pintu,akan dibukakan baginya”. Saya
percaya ketika terus mencoba melatih diri untuk mendekatkan diri kepada Tuhan,
maka kita akan tahu apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita. Bahkan dengan
cara yang seperti ini dapat menjadi sarana untuk mengalami pertumbuhan rohani
bersama dengan Tuhan. Kita tidak hanya menggunakan sebagai sarana untuk
memberitahu sesuatu tentang diri kita, cara kita menanggapi masalah, tapi kita
bisa memanfaatkan masalah untuk mencari cara baru menanggapi masalah, tujuan
baru, dan dimensi baru tentang anugerah dan pengampunan. Karena tidak ada luka
yang begitu parah sampai-sampai tidak bisa mendorong kita untuk pergi kesumber
kesembuhan tersebut.
Saudara….
Begitu banyak kenangan pahit dalam hidup ini mungkin karena
diri kita ataupun karena orang lain, demikian juga sebaliknya, orang lain
memiliki kenangan pahit dalam dihidupnya. Dan setelah semua kenangan yang pahit
tersebut, berikanlah satu kenangan manis untuk diingat yaitu PENGAMPUNAN.
KING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE BET
BalasHapusKING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE BET https://octcasino.com/ to try. Visit nba매니아 us today 토토 and receive a $100 FREE BET! Sign herzamanindir.com/ up at septcasino our new site!