Total Tayangan Halaman
Rabu, 29 Juli 2015
Adam dan Kristus (Penghancur dan Penyelamat) Roma 5:12-21
Salom………….!
Get Attention
Touch Need
Subject
Roma 5:12-21
12-15 :
Penghancuran yang dilakukan oleh Adam dan
Penyemalatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus
Adam dan
Yesus Kristus merupakan dua pribadi yang berbeda, walaupun mereka ini sama-sama
menjadi satu penyebab dari segala sesuatu.
-
Adam: Ia menjadi penyebab kerusakan ciptaan
Allah. Adamlah yang membawa dosa ke dalam dunia ini atas pelanggarannya.
-
Yesus Kristus: Tindakan yang dilakukan oleh
Yesus berbeda dengan apa yang Adam lakukan. Tindakan yang dilakukan oleh Yesus
adalah Ia mati untuk dosa-dosa kita. Sehingga pada akhirnya Allah memberikan
hidup yang kekal kepada banyak orang, kepada setiap orang yang percaya
kepada-Nya.
Namun yang menjadi
pertanyaannya adalah: “Bagaimana mungkin kehidupan satu orang dapat berdampak
bagi kehidupan semua orang?” Mengapa satu dosa Adam bisa menjadi dosa bagi
semua orang? Dan mengapa Yesus Kristus yang seorang dapat menyelamatkan semua
manusia? Hal inilah yang sering dipertanyakan oleh orang-orang. Mereka berkata:
“Mana mungkin satu orang bisa menyelamatkan semua?”
Pada
dasarnya Allah melihat manusia secara menyeluruh, artinya tidak melihat
individu tapi Allah melihat umat-Nya sebagai satu kesatuan besar, yaitu sebagai
satu suku, satu keluarga, atau satu bangsa. Sehingga kesalahan satu orang
dianggap sebagai kesalahan untuk semua orang.
Dan itu
sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita, karena kita juga sering menjumpainya
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya:
-
Perkelahian pelajar: Mengapa terjadi
perkelahian/tawuran antara pelajar di sekolah? Murid-murid di sekolah A
berkelahi melawan murid di sekolah B. Mengapa? Setelah di usut oleh pihak yang
berwajib, ternyata cuma gara-gara hal yang sepele. Gara-garanya karena ……
Rasa kesetia
kawananitu tidak selamanya benar, jika tidak diletakan pada tempat yang
semestinya.
16-20 :Perbandingan
Ayat
|
Adam
|
Yesus
Kristus
|
||
|
Perbuatan
|
Akibat
|
Perbuatan
|
Akibat
|
15
|
Dosa
|
Banyak orang mati
|
Kasih Karunia
|
Banyak orang menerima karunia
|
16
|
Dosa
|
Penghakiman
|
Kasih karunia
|
Pembenaran
|
17
|
Dosa
|
Kematian berkuasa
|
Anugerah kebenaran
|
Banyak orang hidup dan berkuasa
|
18
|
Dosa
|
Semua orang dihukum
|
Satu tindakan benar
|
Pembenaran untuk semua orang
|
19
|
Satu orang tidak taat
|
Semua orang menjadi orang berdosa
|
Satu orang taat
|
Semua orang beroleh pembenaran
|
20-21 : Pemulihan
Tuhan Yesus melakukan pemulihan atas
kehancuran yang disebabkan oleh Adam.
-
Ayat
20: Dimana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi
berlimpah-limpah. Apakah kita harus semakin berbuat dosa banyak, supaya karunia
Allah melimpah kepada kita? TIDAK. Hal ini menunjukkan bahwa, anugerah Allah
kepada manusia lebih besar dari perbuatan-perbuatan dosa yang kita lakukan.
Saat ini yang menjadi masalahnya
adalah, kita hidup di dunia ini. Kita memang sudah menerima anugerah Allah
bahkan kita sudah percaya kepada Allah, namun kita juga hidup di dalam natur
dosa kita. Pelanggaran Adam. Kita tahu bahwa hidup ini adalah anugerah Allah.
Sehingga kita ingin hidup benar di hadapan Tuhan, tapi terkadang tidak kuasa
melawan dosa. Punya keinginan tapi tidak berdaya untuk melawan dosa.
-
Hari
ini punya komitment untuk tidak menjelek-jelekan orang lain, eh…. Pas ketemu
orang jelek, kita malah menjelekkannya.
-
Hari
ini komitmen untuk tidak marah, eh….pas ada orang yang bikin kesal kita
akhirnya marah.
-
Hari
ini komitment untuk tidak bohong, eh ternyata ada peluang untuk berbohong
-
Hari
ini komintment untuk tidak ngomel-ngomel, tapi gara-gara saluran air di rumah
macet akhirnya ngomel juga.
-
Komitmen
tidak irià tapi liat barang baru punya
tetangga,,,,, akhirnya panas juga nih hati
-
Komitmen
untuk tidak sombong
Dosa-dosa ini yang menghalangi kita
untuk hidup seperti yang Tuhan inginkan. Ini adalah kelemahan kita, yang
menghalangi kita untuk hidup lebih baik dalam anugerah Allah.
Hampir setiap hari kita diperhadapkan bukan
dengan hal2 seperti itu? Pertanyaannya adalah: Apa yang harus saya lakukan?
I.
Belajar untuk mengenali kelemahan
sendiri
Saudara-saudara….. setiap manusia memilki kelemahan di dalam
dirinya. Entah itu kesembongan, iri hati, amarah. Hal-hal sperti ini yang
sering membuat kita gagal melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Satu peribahasa
yang bunyinya kurang lebih begini “batu
besar tidak akan membuat kamu jatuh, tapi kerikil kecil dapat membuat kamu
jatuh bahkan terluka”. Mengenali kelemahan diri sendiri bukanlah hal yang
mudah apa lagi merubahnya bukanlah hal yang mudah. Atau mungkin ketika kita
menerima Tuhan Yesus dalam hidup kita, kita berpikir bahwa kita telah terbebas
dari kelemahan kita tersbut. Namun bagaimana ketika ada pemicunya, apakah kita
sudah selalu siap sedia? Kelamahan-kelemahan ini yang terkadang membuat kita
gagal dalam melakukan firman Tuhan, walaupun sebenarnya kita tahu firman
tersebut.
Sering sekali kelemahan ini kita lupakan dan berpikir bahwa
kita semua sudah beres, sudah beres. Kita lupa bahwa natur dosa Adam masih ada
di dalam diri kita. Untuk kita harus belajar untuk mengenali apa saja kelemahan
yang ada di dalam diri kita. TUJUANNYA: supaya kita lebih mawas diri.
Suatu saat, setelah
seorang pendeta muda selesai berkhotbah di sebuah SMU Kristus. Ia didatangi
oleh salah seorang siswa dari sekolah tersebut. Dengan wajah sedih dan kusut ia
berkata “Pak, setelah mendengar khotbah bapak hati saya terdorong untuk minta
didoakan, selama ini saya merasa selalu diikuti oleh roh nyontek.” Pendeta
bertanya “kenapa begitu”. Jawabnya, “Setiap ulangan, apapun mata pelajarannya,
saya selalu menyontek. Dan dapat dikatan tidak ada satu ulanganpun yang saya
jalani tanpa menyontek” dengan wajah merasa berdosa. Kemudian mereka mulai
berdoa. Dengan penuh keyakinan pendeta ini menumpangkan tangan dan melakukan
doa pelepasan. Setelah doa tersebut,
kini wajah anak itu menjadi ceria kembali dan yakin bahwa Tuhan sudah
mengampuni dirinya.
Setelah lewat dua
bulan, pendeta itu menelpon siswa tersebut (jangan tanya dari mana sang pendeta
mendapat no telpon siswa tersebut). Pendeta bertanya apakah masih menyontek?
Jawab anak itu “Puji Tuhan saya tidak menyontek lagi, pak”. Bangga dong.
Kemudian setelah lewat beberapa bulan, pendeta nelpon lagi, “gimana masih nyontek
lagi?” Jawabannya “puji Tuhan saya tidak menyontek lagi”. Bulan berikutnya,
pendeta menelpon siswa tersebut, dan ia masih mendapatkan jawaban yang sama
bahwa anak itu tidak pernah menyontek lagi.
Akhirnya bulan keempat
pendeta tersebut mendapat jadwal untuk berkhotbah kembali di sekolah tersebut.
Kemudian ia bertemu dengan siswa yang selama ini ia bimbing namun wajah anak
itu kusut dan sedih. Pendeta bertanya kenapa, ternyata dia jatuh lagi dalam
dosa menyontek seperti dulu lagi.
Pendetanya terkejut “lho….
Kok bisa bukankah kamu bilang sudah tidak menyontek lagi, bahkan sudah hampir
empat bulan kamu telah dilepaskan dari roh nyontek?” Anak itu menjawab “Iya
pak…. Tapi kan selama empat bulan itu saya tidak ada ulangan!!! J
Tidak jauh beda dengan kita bukan? Berpikir selama ini
baik-baik saja dan sudah beres karena memang terkondisikan begitu. Masih biasa2
saja, belum ada ulangan, sehingga kita berpikir bahwa kita sudah berubah. Namun
bagaimana ketika kondisi itu berubah, ada “ulangan” di depan mati? Ada pemicu
didepan mata? Kemungkinan kita masih bisa “nyontek”, bisa jatuh dengan
kelemahan kita. Ilstrasi siswa tersebut tadi, ia berpikir bahwa ia sudah tidak
menyontek lagi, namun ternyata karena ia memang tidak sedang terkondisikan
untuk nyontek alias tidak ada ulangan sehingga ia tidak nyontek
Kita jangan terbuai dengan anugerah Tuhan, sehingga mau
hidup seenaknya saja, tapi kita juga ada tanggung jawab. Untuk itu mari kita
belajar, kira2 saya punya kelamahan dimana? Apakah itu dikemarahn, iri hati,
kesombongan, menggosipkan orang lain, dll.
II.
Belajar untuk membuat strategi
bagaimana cara untuk mengatasinya
Setelah tau kelemahannya apa, maka
sekarang kita harus membuat strategi untuk menghadapinya. Mulai menjaga diri.
-
Kira-kira
saya biasanya marah2 saat apa ya?
-
Kira-kira
saya biasanya menggosipkan orang lain kapan ya?
-
Kira-kira
saya tidak peka dengan suara Tuhan kapan ya?
Mungkin setelah kita mengenal Tuhan
Yesus, kita berpikir bahwa semuanya sudah beres. Namun ingat bagaimana ketika
ada pemicunya?
-
Bagaimana
ketika anda frustrasi karena pekerjaan?
-
Bagaimana
ketika ada tetangga yang datang kerumah kita, dan membagikan bahan2 gosip?
Apakah kita tidak ikut nimbrung?
-
Bagaimana
ketika kita sibuk, apakah kita bisa sudah mengenal Tuhan?
Mungkin kalau keadaan yang kita alami
biasa2 saja, aman sentosa, mungkin kita akan tetap baik2 saja, namun kita harus
mengakui bahwa kita hidup di dunia ini dengan beraneka ragam bentuknya.
Bang Napi: waspadalah!!!! Kejahatan
ada bukan karena ada niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan. Bapa ibu, sama
halnya dengan kita. Kita tidak pernah berniat untuk marah. Tidak ada orang yang
hari ini ketika ia bangun, ia berkata
-
“ok,,,
hari ini saya akan marah”.
-
“ok…
hari ini saya akan iri dengan tetangga saya”
-
“ok…
hari ini saya akan jengkel dengan anak saya”
Namun semua akan bisa terjadi ketika
ada KESEMPATAN untuk marah. Ada banyak hal disekitar yang dapat memicu kita
untuk jatuh. Untuk itu mari mulai merenungkan bersama dengan Tuhan, kira-kira apa yang harus saya lakukan
ketika:
kira-kira apa yang harus saya lakukan ketika:
|
-
Jalanan
macet. Apakah saya harus keluar dari mobil dan teriak2 atau saya harus duduk
manis dalam mobil dan berdoa kepada Tuhan.
-
Ketika
teman punya barang baru. Apakah saya harus iri dan berusaha untuk memiliki
apa yang ia punya atau lebih berfokus pada apa yang Tuhan inginkan dalam
hidup kita.
-
Ketika
ada tetangga yang datang dan menawarkan pokok2/bahan gossip. Apakah saya
meladeninya atau sebaliknya saya akan menginjili dia.
|
Belajar menyadari kelemahan yang dimiliki merupakan sesuatu
yang sangat penting, karena di saat kita tidak menyadarinya ia akan muncul
kembali. (Bang napi…..!!!! J) Namun
di dalam kesemuanya itu ada anugerah Tuhan buat kita. Meskipun kita gagal namun
ia masih tetap membiarkan kita hidup di dunia ini, Tuhan tidak langsung
menghajar kita dan menghukum kita. Namun ia masih memberikan kita anugerah
untuk hidup. Untuk itu bersyukurlah dan jangan menyia-nyiakan anugerah Tuhan.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)